I
Love You, Master
.
Lucian
x Arteli Calmon
.
Semi-Cannon/
Inspired by Heroes Lore Zero Game/ Fantasy & Romance!
Enjoy
for read, and don’t forget to download this game *wink*
Cinta…
Apa
itu Cinta?
Tentu
saja jika kau bertanya padaku, Cinta itu adalah perasaan yang timbul dalam diri
manusia tentang seseorang yang terkasih bagi mereka. Perasaan yang sanggup
membuat seorang manusia rela melakukan segalanya atau bahkan membuat nyawa
mereka sendiri sebagai taruhan hanya demi Cinta.
Tapi
jika kau bertanya apa aku pernah merasakan perasaan Cinta,
Jawabannya
adalah TIDAK, Tidak sama sekali…
Karena
aku hanyalah seorang Elementals…
Bagiku, tugasku di Bumi ini hanya satu—yaitu
menghancurkan pasukan Legolas dan mengembalikan kedamaian di Dunia. Tidak ada
waktu bagiku untuk merasakan hal rendah seperti yang dilakukan oleh para mortals, Aku bukanlah makhluk rendah
seperti mereka—Aku berbeda dari mereka.
Pasukan Legolas berencana untuk membangkitkan
Kekuatan tersembunyi yang sudah beratus-ratus tahun lamanya dan tersegel dengan
rapat di bawah tanah—mereka membutuhkan kekuatan yang besar untuk membuka segel
kuno tersebut dan semua yang mereka butuhkan hanya satu, yaitu Kekuatan
Elementals legendaries sepertiku.
Tentunya, aku berhasil mengecoh pasukan-pasukan
bodoh tersebut dan kabur ke tengah hutan perak—Aku tidak tahu mereka memiliki
kemampuan yang sangat kuat bahkan jauh lebih kuat dibandingkan kekuatanku yang
masih belum bisa kugunakan seluruhnya. Harus ku akui aku kewalahan menghadapi
kelima orang itu, bahkan untuk seorang Elementals sepertiku—Aku harus menemukan
seorang Master untuk bisa menggunakan seluruh kemampuan yang ku miliki.
Tapi kemudian, Aku bertemu dengannya…
Mataku terpejam memandangi langit malam dimana bulan
sedang bersinar begitu indahnya, seulas senyum terukir diwajahku ketika aku
mengingat kenangan manis itu—kenangan yang sama sekali tidak akan pernah
kulupakan…
Seorang
pemuda berdiri tepat di depan gerbang sebuah Kota, sepertinya ia baru saja
melangkahkan kakinya keluar dari Kota menuju Hutan—mata Ruby-ku langsung
tertuju padanya, pemuda berambut kemerahan dengan iris Saphire itu tampak
mengerutkan alis memandangi sosokku yang berlari menyongsongnya.
“Tolong!”
seruku dari kejauhan—aku tidak percaya seorang elementals sepertiku meminta
pertolongan dengan suara yang merendahkan seperti ini, tapi aku tidak memiliki
pilihan lain
Pemuda
itu hanya memandangiku, sedikit tercengang melihat diriku “…Apa yang—!”
Aku
langsung menambah kecepatanku berlari kemudian bersembunyi dibalik tubuh pemuda
itu berharap agar ia menuruti setiap permainan sandiwara ini dan
menolongku—biasanya setiap pria tampan tidak akan pernah menolak permintaan
tolong seorang gadis cantik kan?
Pemuda
itu menoleh kebelakang, memandangiku dengan tatapan tidak tahu menahu “A—Apa?
Apa yang terjadi sebenarnya?” tanyanya berusaha mencari tahu apa yang sedang
terjadi
Dengan
tatapan memelas aku memandangnya dan menjawab “Seseorang berusaha untuk
membunuhku! Tolong aku!” pintaku memelas
“Membunuhmu?
Siapa?” tanyanya lagi menaikan sebelah alis
Sebelum
aku dapat menjawab, romobongan kelompok Legolas yang berhasil mengejarku kini
berada di hadapan kami dengan seseorang yang berada di depan barisan para
assassin itu.
“…Aku”
jawabnya dengan senyuman licik “Aku berpikir kemana kau akan berlarian seperti
anak kecil—ternyata kau punya teman…” tambahnya
Pemuda
itu hanya terdiam sebelum kemudian menengok ke kanan dan ke kiri lalu menunjuk
dirinya sendiri tanpa tahu apa-apa “Apa yang dia maksud ‘teman’ itu aku…”
gumamnya polos
Aku
hanya berkacak pinggang—jangan-jangan pemuda ini sama sekali tidak bisa
apa-apa, “Tentu saja, bukankah menolong seseorang yang sedang kesusahan
terutama seorang wanita adalah tugas seorang pria..” ucapku kemudian menunjuk
pasukan di hadapan kami “Majulah dan kalahkan dia..” perintahku dengan santai
Pemuda
itu mendengus kesal memandangiku dengan tatapan tajam “Kau pikir aku mau
melakukan apa yang kau peritahkan hanya karena kau mengatakannya begitu!”
Aku
terdiam—well, sepertinya taktik wanita cantik tidak berhasil untuk meluluhkan
pemuda ini membantuku, “Atau kau bisa mengalihkan perhatian mereka dan
memberikanku beberapa waktu untuk melarikan diri secepatnya…”
“Berhenti
bercanda!” serunya kemudian menggelengkan kepala
“Ehemm…
Maaf anak muda, tapi bukan mauku untuk mengganggu pertengkaran kalian—tapi
untuk sekedar nasihat, kalau kau ingin hidup lebih lama lagi sebaiknya
kusarankan kau tidak mencampuri urusan orang lain..” ucap pemuda berambut perak
itu “Serahkan gadis itu padaku sebelum aku menggunakan cara kekerasan…”
Pemuda
itu menghela napas sebelum kemudian mundur beberapa langkah “Aku tidak punya
minat untuk mencampuri urusan apalah itu—Kalau kau ingin mengambilnya, ambil
saja dia…” ucapnya santai
Aku
memandanginya dengan sebal “KAU ITU BENAR-BENAR KETERLALUAN PADA SEORANG LADY!”
seruku tidak terima—seenaknya saja dia memperlakukan diriku seperti itu,
benar-benar pemuda rendahan yang lemah!
“Untuk
apa aku membahayakan nyawaku untuk orang asing yang baru saja ku temui!”
sahutnya tidak peduli
Pemuda
berambut perak itu segera mengambil ancang-ancang untuk menangkapku kembali—aku
sudah tidak dapat berbuat apa-apa, tapi kemudian tanpa disadari. Pemuda itu
mengambil pedangnya dan melawan kelompok Legolas itu—mataku tidak percaya
memandangi pemuda yang bertarung layaknya seorang swordman terlatih, dengan
mudahnya ia melawan 5 orang assassin itu sekaligus dalam beberapa ayunan
pedang. Pemuda itu bukan orang biasa dan itulah yang terlintas dalam pikiranku
ketika melihatnya bertarung.
Aku membuka mataku kembali, angin malam yang sejuk
ini begitu menenangkan diriku—tanganku mulai melingkar memeluk kakiku, memandangi
danau di depan dimana sinar bulan memantul dengan sempurna di air danau yang
jernih itu.
Saat pertama kali aku bertemu dengannya, kupikir dia
hanyalah seorang pemuda keras kepala yang tidak mau mempedulikan orang lain
terutama orang asing.
Ia selalu terlihat tidak mempedulikan apapun—tetapi,
mata dan juga telinganya selalu terbuka menunjukan bahwa sebenarnya dirinya
tidaklah sedingin seperti apa yang ia tunjukan. Aku menyadarinya,
Setelah
bertemu pemuda itu, aku tidak membiarkannya begitu saja—mungkin dia bisa
membantuku menyelesaikan masalah ini sehingga akupun segera mengikutinya
diam-diam, aku tidak tahu Alycia juga ada disana dan menculik salah seorang
sahabat pemuda itu. Kesempatan ini tentunya harus kugunakan dengan baik untuk
membuat pemuda itu mau melakukan tugasnya membantuku.
“Sebenarnya
siapa dirimu… Kenapa kau mengikutiku! Ditambah lagi sebenarnya apa yang mereka
inginkan denganmu!” serunya memandangiku
Aku
menatapnya dengan tenang “Itu karena aku adalah salah satu Kekuatan besar yang
mereka butuhkan dalam rencana mereka, namaku adalah Arteli Calmon. Aku adalah
Elementals paling kuat yang pernah ada, julukanku adalah Hymn of Destruction.”
Jelasku
Pemuda
itu menghela napas pelan “Untuk seseorang yang mengatakan dirinya makhlu paling
terkuat yang pernah ada, Kenapa kau malah melarikan diri saat mereka mengejarmu
barusan?” tanyanya tidak percaya
Aku
berkacak pinggang “Kau itu memang tidak mengerti apa-apa… Apa kau tahu apa itu
Elementals?”
“Bukankah
mereka semacam hewan—Dulu Ibu pernah memeliharanya di Rumah dan dia hampir saja
mengigitku ketika aku ingin mengelusnya—!” ucapannya terputus karena aku
mendorongnya
“JANGAN
SAMAKAN AKU DENGAN HEWAN RENDAHAN!!” seruku tidak terima “ELEMENTALS memiliki
kecerdasan yang tinggi dan kami bebas memilih siapa Master kami! Salah satunya
yang bisa memiliki wujud fisik sepertiku ini sangatlah langka dan bahkan tidak
ada yang memiliki kemampuan yang sama sepertiku.”
“…Dan
apa sebenarnya maksud ucapanmu?”
“Kemampuan
kami hanyalah sebagai supplementary untuk Master kami—Kami tidak bisa
menggunakan kekuatan kami secara penuh tanpa seorang Master.” Jawabku “…Jadi
untuk saat ini, kekuatanku hanyalah sebatas gadis desa biasa…”
Pemuda
itu menggelengkan kepala “Atau lebih tepatnya kau lemah tanpa seorang Master…”
“Sedang apa kau ditengah malam di tempat seperti
ini, huh?” ucap sebuah suara membuat Calmon tersadar dari lamunannya kini
menatapa mata Saphire di depannya yang memandangi dirinya dengan tatapan heran
“…Bukan urusanmu” jawab Calmon ketus memalingkan
wajahnya angkuh, sebenarnya ia hanya tidak ingin pemuda itu melihat sesuatu
dari dirinya yang tidak ingin diketahui oleh orang lain
Lucian, pemuda berambut merah itu hanya menghela
napas saja mendengar ucapan ketus dari sang elementals,
perlahan ia melangkahkan kakinya dan duduk disamping gadis itu. tu
“…Sepertinya kau sedang sibuk memikirkan sesuatu…”
ucap Lucian memulai sambil memandangi danau tanpa melirik ke arah Calmon
“Bukankah semuanya sudah berakhir?” tambahnya lagi
Calmon hanya mendengus “Berakhir bukan berarti kita
harus bersantai! Siapa tahu saja suatu saat nanti mereka bisa kembali! Kita
tidak boleh lengah! Kau itu santai sekali, Lucian!!” bantahku keras kepala
Lucian hanya menaikan bahunya cuek sebelum kemudian
menyandarkan tubuhnya dengan nyaman di pohon yang rindang. Ia berdeham sejenak
menikmati pemandangan dan juga udara di malam yang sejuk ini.
Sementara itu,
Calmon hanya menatap pemuda itu dengan diam—mata Crymsonnya mencermati postur
Pemuda itu—Lucian yang adalah Master-nya.
“Kalau
begitu kita lakukan kontrak!” ucap Calmon bergejolak menatap Lucian
Lucian
mundur beberapa langkah sampai kepalanya terbentur oleh tembok, “K—Kontrak! Apa
maksudmu!” tanyanya tidak tahu menahu
Calmon
tidak memiliki waktu untuk menjelaskan kepada Lucian apa maksud ucapannya
barusan langsung meraih tangan pemuda itu dan menggenggamnya dengan
erat—perlahan cahaya biru mulai menyelimuti keduanya dengan kini diagram sihir
jelas terukir dibawah kaki mereka.
“Aku…
Arteli Calmon dengan ini akan mengukir sumpah setiaku kepada Master baruku,
Lucian” ucap Calmon memandangi wajah Lucian dengan tatapan sungguh-sungguh
“Mulai saat ini, aku akan menjadi pedangmu dan juga perisaimu—aku akan
melindungimu sampai akhir waktu…”
Terlalu lama menghayal di alam pikirannya, Calmon
sama sekali tidak menyadari Lucian memandangi dirinya dengan tampang curiga.
“Hei—Calmon!” tegur Lucian berusaha menyadarkan Elementals itu kembali ke alam sadarnya,
Calmon sejenak hanya mengerjapkan matanya sebelum kemudian membalikan wajahnya
dengan semburat merah yang sudah menyebar mewarnai wajahnya “Err—Kau sakit
Calmon?” tanya Lucian lagi sedikit heran
“S—Siapa bilang aku sakit! Elementals itu tidak bisa terjangkit penyakit tahu—sistem immune
kami sangat kuat!” protes Calmon mengelak
Lucian hanya mengerutkan alis mendengarnya “Kalau
kau tidak sakit kenapa wajahmu semerah itu—sini..” ucap Lucian mencoba untuk
meraih lengan Calmon tetapi gadis itu malah menjauhi dirinya “Coba biar ku
cek—hey, Calmon!” tambah Lucian
“Tidak perlu! Sudah kubilang aku baik-baik saja!”
sahut Calmon keras kepala tidak mau mendengarkan
Lucian hanya memandangi gadis itu sebelum kemudian,
“Arteli Calmon—Kuperintahkan kau datang kepadaku sekarang!” perintahnya
Mata Crymson Calmon melebar ketika seketika tubuhnya
bergerak sendiri begitu saja—Lucian mengucapkan kata-kata perintah yang tidak
bisa ia hindari selain mematuhinya. Setiap Master
memiliki kemampuan khusus untuk memerintah para Elementals—ugh, meskipun Calmon berusaha mengelak dari ucapan
perintah tersebut ia tidak dapat menghentikan tubuhnya yang kini merangkak
mendekati Lucian.
“…Kau!” seru Calmon tidak terima memandangi Lucian
yang tersenyum puas menatapnya
Lucian tersenyum lebar menatap Calmon,
“Heh—Sepertinya ada untungnya juga aku memiliki kemampuan seperti ini,
seharusnya kau memberitahuku sejak awal kalau dengan perintah ini aku bisa
membuatmu menurut seperti anak baik…” ejeknya
“Seenaknya saja!! Seharusnya aku tidak perlu
memberitahumu!!” protes Calmon
Saat
itu, dimana Alpez berhasi diselamatkan—gadis itu langsung memeluk Lucian tepat
di mata Calmon. Calmon masih mengingat dengan jelas betapa kesalnya dirinya
melihat gadis itu memeluk Master miliknya—dia memang Elementals, tapi ia juga
punya sesuatu kekuasaan dimana tidak ada seseorang yang boleh menyentuh Master
ataupun sesuatu yang menjadi miliknya.
“Oh,
Lucian terima kasih sudah menolongku~” ucap Alpez dengan suara yang sangat
lembut atau dibuat sedemikian rupa
Lucian
melepaskan rangkulan gadis itu kemudian menunjuk Calmon “Seharusnya kau
berterima kasih pada Calmon, dia yang sudah menolongmu…” sahut Lucian
Alpez
memandangi Calmon dan tersenyum padanya—tetapi Calmon hanya menatapnya dengan
dingin.
“Terima
kasih sudah menolongku,” ucap Alpez
Calmon
memalingkan wajahnya “Huh? Aku tidak berniat menolongmu—aku hanya mengikuti
perintah Lucian…”
Alpez
memandang gadis itu “Tapi kau juga membantu Lucian menolongku…”
“Tidak—Aku
sama sekali tidak membantunya menolongmu…” sahut Calmon ketus
Sementara
Lucian hanya menghela napas melihat tingkah laku Calmon dan Alpez yang saling
melontarkan kata-kata aneh dan sama sekali tidak ia mengerti—Calmon yang sudah
malas meladeni gadis bernama Alpsi atau semacamnya itu langsung merangkulkan
tangannya memeluk lengan Lucian dan membawa Masternya menjauh dari gadis itu.
Puff!
Sesuatu yang lembut dan hangat kini menyentuh
dahinya—mata Crymson itu menatap mata Saphire di hadapannya.
“Sama sekali tidak demam…” gumam Lucian “Tapi kenapa
wajahmu malah semakin memerah?” tanyanya lagi sambil menaikan alis
Calmon masih menatap Lucian tidak menghiraukan
ucapan pemuda tersebut—jantungnya berdegup dengan kencang akibat kontak fisik
barusan. Apa maksudnya semua ini?
Ia
akan merasa senang jika bersama dengan Lucian—ini terbukti ketika ia diculik oleh
kelompok Legolas yang memaksanya untuk melepaskan kontrak yang ia miliki dengan
Lucian, ia bahkan tidak peduli seberapa berat dirinya disiksa oleh mereka
asalkan ia masih memiliki kontrak tersebut. Asalkan ia memiliki kontrak
tersebut ia akan tetap berhubungan dengan pemuda itu—sampai kapanpun ia tidak
mau membatalkan kontrak itu.
Ia
akan merasa sangat kesal jika Lucian berdekatan dengan gadis-gadis
lain—terutama Alpez yang selalu saja mendekati Lucian dan seenaknya memeluknya.
Atau pada saat gadis dari kota Humming yang mencoba untuk memberikan ciuman
pada Lucian itu—darahnya langsung mendidih sehingga terpaksa ia mendorong gadis
itu menjauh. Lucian hanya miliknya, karena ia adalah Masternya.
Ia
tidak bisa berkata jujur sehingga ia tidak mengatakan apapun—tetapi Lucian bisa
dengan mudah membaca apa yang tersirat di wajahnya. Pemuda itu mengetahui
sesuatu yang berada di dalam dirinya hanya dengan melihat wajahnya saja.
Awalnya
semua tindakan egoisnya hanya seolah-olah untuk melindungi Lucian karena ia
adalah Masternya—tapi kalau dikaitkan dengan para gadis itu…
Calmon
sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya…
Kenapa
ia terlalu peduli pada Lucian? Padahal ia hanya seorang Elementals yang
seharusnya tidak mencampuri urusan Masternya—tapi melihatnya bersama dengan
gadis lain entah kenapa membuat moodnya menjadi buruk…
Dan
seperti apa kata penjaga di perpustakaan Kota Plum, “Kau terlihat mencintai
pemuda tampan itu—aku bisa melihatnya dari wajahmu yang memandangnya dengan
penuh kasih setiap saat, kau pasti cemburu melihatnya dikelilingi gadis-gadis
itu…”
Cemburu?
Cinta?
Apakah
maksudnya semua itu?
Tapi
semuanya menjadi jelas setelah semua ini berakhir—setelah semuanya kembali
menjadi normal dan saat ini mereka menjalani petualangan berdua saja.
Berdekatan dan berdampingan seperti ini… selalu bersama dan saling menolong
ketika bahaya menghampiri…
Semua
itu hal yang dilakukan oleh para pasangan yang ia baca di sebuah buku…
Hanya
dengan senyuman bisa mengubah segalanya, dan hanya dengan sentuhan semuanya
dapat dirasakan…
Aku
sekarang mengerti…
Greb!
Dengan sekejap Calmon langsung menerjang dan memeluk
Lucian—tubuhnya yang semula kedinginan kini terasa hangat hanya dengan
bersentuhan dengan Lucian. Kehangatan ini terasa begitu nyaman.
“H—Hoi, Calmon apa yang…” ucapan Lucian tergantung
ketika melihat kini gadis Elementals
itu sudah terlanjur terlelap masih memeluknya, wajahnya terlihat tenang dengan
senyuman kecil. “Benar..Benar…” gumam Lucian sambil menggelengkan kepala,
sepertinya ia harus betah dengan posisinya yang seperti ini sampai matahari
terbit.
Aku
tidak mau berpisah…
Bukan
karena kontrak atau apapun itu yang mengikat kami sampai sekarang…
Aku
ingin bersama karena itulah keinginanku… Aku ingin bersamanya karena dialah
tempatku…
Aku…
Mencintainya, karena dialah Masterku… Master milikku seorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar