Sabtu, 04 Mei 2013

I Miss You


I Miss You
.
Song By Veil
.
Hurt/Comfrot, Un-Forgetable Romance, Angst, Sequel untuk 'Goddess of Music'
.
VanishShipping first but EternalShipping later
.

Tea P.O.V

Aku sedang berjalan menyusuri Taman di siang hari, saat itu mataku tertuju pada sesosok yang melintasi Taman—sosok yang begitu familiar yang ternyata adalah Atem. Atem Sennen sang Pianis muda terkenal yang baru-baru ini memenangkan Kejuaraan Internasional sekaligus mantan Kekasihku. Aku menaikan alis, Apa yang ia lakukan sambil membawa bonquet besar berisi bunga mawar berwarna kuning itu?

Rasa penasaran menggelitik perasaanku, sehingga aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Punggung yang tegap itu—entah sudah berapa bulan aku merindukannya, dan ini semua kesalahanku sudah membuatnya menjauh seperti ini. Semua karena ego-ku ini sehingga aku baru mengerti apa yang selama ini aku korbankan, semua yang sudah aku sia-siakan demi kepentinganku sendiri. Aku merasa malu akan diriku sendiri—dan sekarang aku berpikir aku ingin memenangkan ia kembali kepadaku..

Atem memasuki sebuah pemakaman umum yang terletak dua blok setelah Taman yang baru saja ia lewati, dibalik pohon aku masih mengamatinya. Apa yang ia lakukan di pemakaman ini? Apa salah satu temannya meninggal dan di kubur di pemakaman ini?

Atem berjalan menyusuri area sekitar pemakaman sampai pada akhirnya ia berhenti di sebuah makam yang terletak paling ujung, dibawah dua pohon sakura yang sedang bermekaran dengan indahnya dengan sekelilingnya yang berupa taman bunga yang tengah bemekaran. Aku hanya bisa mengerutkan alis, makam siapa ini sebenarnya?

Kulihat Atem berlutut dihadapan makam tersebut, Ia meletakan bonquet bunga yang ia bawa di depan makam sambil tersenyum lembut—senyuman yang sama sekali tidak pernah kulihat di dalam wajahnya ketika aku mencampakannya, senyuman lembut itu diiringi oleh tangannya kini membelai pelan nisan makam tersebut. Sepertinya orang itu adalah orang yang penting untuknya, Tapi siapa? Aku sama sekali tidak mengetahui hal itu… Siapa dia? Sepertinya Atem sangat mempedulikannya.

“…Sudah lama sekali, ya…” ucap Atem sambil menatap batu nisan tersebut “Sudah 6 bulan sejak kau pergi dan sekarang aku berpikir seharusnya aku mengikuti kemana dirimu pergi—karena aku merasa kesepian disini…” tambahnya lagi

Kesepian?... Atem, Apa yang kau bicarakan? Apa dia yang ada di makam itu kekasih barumu? Kenapa aku sama sekali tidak mengetahuinya… batin Tea di dalam hati

“Hari ini… seperti biasa, aku mengadakan konser klasik di Downtown—mereka sangat menikmati permainan musikku…” ujar Atem “Tapi aku selalu merasakan sesuatu menghilang saat aku bermain piano itu…” tambahnya lagi dengan mata Crymson yang menatap dengan sedih nisan tersebut “Aku tidak bisa lagi merasakan dirimu yang selalu menemaniku selama permainanku—dan aku merasa kehilangan hal itu… entah sampai kapan aku bisa bertahan…” tambahnya lagi

Atem—Kau… batin Tea mendengar ucapan Atem yang terasa mengiris hatinya itu, belum pernah ia melihat 
Atem sesedih ini sebelumnya dan ucapannya itu sangat menyayat hatinya

Atem tersenyum kecil “Well—mungkin aku terlalu berlebihan, kau akan selalu berada bersamaku meskipun aku tidak dapat melihatnya… Aku akan berusaha menepati janjiku padamu, dan suatu saat nanti—kita bisa melakukan pertunjukan berdua, seperti waktu yang dulu…” ucapnya kemudian beranjak berdiri dan melangkah pergi meninggalkan makam tersebut.

Aku melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan Atem sudah pergi jauh—merasa sudah aman, aku melangkahkan kakiku keluar dari tempat persembunyianku dan berjalan menyusuri tempat makam tersebut. Aku memandanginya seakan mataku tidak percaya apa yang aku lihat. Apa benar dia kekasih Atem yang baru? Tapi…
LAKSMI VICHILICIOUS
15 Dec 1890 – 23 Dec 1912

“…Apa maksudnya semua ini…” ucapku tidak percaya sambil memandangi batu nisan tersebut

End of Tea P.OV

Atem meneruskan langkahnya kini ke sebuah stasiun Kereta—setelah berziarah ke Makam Laksmi, ia berniat akan mengunjungi Orang tuanya di Breverly dan memenuhi undangan mereka untuk hadir dalam Acara Hari jadi mereka yang ke-40. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya itu, mungkin ini juga merupakan saat yang tepat untuk merilekskan dirinya setelah banyak sekali menghadiri konser di beberapa tempat sekaligus memikirkan sebuah not baru dalam permainannya nanti.

Atem sengaja memilih ruangan paling terpojok hanya untuk dirinya sendiri—karena sudah tidak ada orang lagi yang sepertinya akan memasuki kereta, Ia bisa menikmati waktunya selama perjalanan yang memakan 2 hari ini.

Pemandangannya tertuju kini pada jendela Kereta yang menampilkan suasana stasiun yang dipenuhi dengan pengunjung, mereka mengantri untuk menunggu kedatangan Kereta selanjutnya. Mata Crymsonnya memandangi pemandangan tersebut yang perlahan mulai terganti seiring berjalannya kereta, tatapan mata itu terlihat sangat kosong dan muram—terlihat begitu amat kesepian.

I miss you
As dazzling as time captured in a painting
That's how the present is...

‘Sepertinya… Aku harus pergi…’ ucap Laksmi kepada Atem ketika mereka sudah mengakhiri permainan di Galerry Hall saat Kejuaraan, tubuh Dewi Musik itu kini bercahaya keemasan dan perlahan mulai memudar ‘Atem… terima kasih sudah menikmati music bersamaku… aku sangat menikmati 5 hari ini bersamamu…’

‘Tunggu—Laksmi!’ ucap Atem berusaha mencegah kepergian gadis itu ‘Kenapa—tiba-tiba! Bukankah kau bilang 1 minggu! Kenapa kau secepat ini…’ ucapnya tidak terima

‘Aku tidak tahu secara pasti—Tapi kekuatanku sudah tidak mampu bertahan selama seminggu, jadi kurasa ini akhirnya…’

‘Tidak—Jangan pergi! Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja, Laksmi—setelah semua yang terjadi aku…’ ucap Atem memandanginya dengan lekat ‘…Aku tidak ingin melepasmu, Aku ingin kau selalu bersamaku…Aku…’

‘…Aku juga ingin selalu bersama tapi—Kau mengerti kan Atem, Aku hanyalah roh…’ ucap Laksmi menatap Atem dengan sendu

‘Kalau kau pergi—Aku akan merasa sendirian…’

‘Shhh—Kau tidak sendirian, masih ada teman-teman, manajer, orang tuamu dan juga semuanya bersamamu… Aku juga akan selalu berada disampingmu, kapanpun kau memainkan permainan indahmu, aku akan selalu disana mendampingimu—jangan merasakan kesendirian—jangan menutupi diri…’ ucap Laksmi menyentuh pipi Atem dengan tangannya yang transparan ‘Nee—tersenyumlah, aku tidak mau melihat wajah sedihmu itu disaat aku pergi nanti…’

Meskipun berat melakukannya, Atem membuat senyuman kecil dengan air mata sedikit menetes di matanya melihat kini tubuh Laksmi mulai memudar sepenuhnya, tetapi ia dapat mendengar suara bisikan kecil itu di telinganya ketika cahaya itu menyelimuti dirinya

I Love You, Ate…

DEG!!

Atem memandangi sekelilingnya—Kenangan lama itu terlintas lagi di pikirannya, Kenangan disaat ia harus kehilangan apa yang baru saja ia anggap penting di dalam hidupnya.
Atem menghela napas pelan sambil memijit kepalanya yang terasa pusing, beberapa saat kemudian pintu terbuka menampilkan seorang Pramusaji dengan troli makanan tersenyum hangat kepadanya.

“Maaf, Tuan—Saya ingin mengantarkan makan malam anda…” ucapnya kemudian menyerahkan nampan berisi makanan kepada Atem lalu “Apa anda ingin Jus, Kopi atau Susu untuk minuman anda?” tawarnya

“Jus saja…” jawab Atem

Pramusaji itu menyerahkan kotak Jus buah kepada Atem sebelum kemudian menutup kembali pintu dan beralih pada penumpang yang lainnya, Atem menaruh nampan berisi makanan itu di meja kecil yang sudah tersedia—ia tidak terlalu bernapsu untuk makan saat ini, Atem membuka kota Jus tersebut dan menyeruputnya kini kembali ke aktivitasnya mengamati pemandangan malam hari dengan bintang-bintang yang bersinar begitu indah diatas alngit sana.

Pemandangan yang sangat indah… Dulu juga ia pernah menyaksikan pemandangan semacam ini…

‘Lihat-Lihat! Sudah kuduga tempat ini masih ada!’ ucap Laksmi sambil melayang dengan senang ketika ia memasuki ruangan di salah satu obestavorium yang sudah lama ditinggalkan ‘Hey, Atem—cepat kesini! Kau melewatkan semuanya…’ ajak Laksmi kepada kini Atem yang mengikutinya dengan langkah tidak berminat

‘Untuk apa kita kesini sebenarnya—kita bisa melakukannya di tempat lain bukan di tempat berdebu dan tua seperti ini…’ keluh Atem merasa jijik melihat ruangan yang penuh debu dan tidak terawat ini

Laksmi mengembungkan pipinya ‘Kau sama sekali tidak mengerti, tunggu dan lihat saja apa yang akan terjadi nanti sebelum kau memprotes…’

Tak lama kemudian ruangan menjadi gelap gulita dan perlahan dari pantulan kaca yang ada di atas atap, semua pemandanga langit malam kini terpantul dengan sempurna ke seisi ruangan, membuat serasa seseorang berada di tengah-tengah langit yang luas dan dipenuhi oleh bintang-bintang. Atem tercengang tidak percaya sementara Laksmi tersenyum senang.

‘…Sudah kubilang kan, ini tempat yang special untuk melihat bintang di malam hari…’ ucap Laksmi ‘Aku sudah lama tidak kesini…’ tambahnya lagi menatap bintang-bintang

‘…Kau… sebenarnya siapa…’ tanya Atem menaikan sebelah alis

Laksmi tertawa pelan ‘Bukankah sudah kubilang—Aku ini Dewi Musik, Laksmi… kenapa kau bertanya hal seperti itu kepadaku lagi…’

Tapi Atem tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Laksmi, mengingat nada bicara yang ia gunakan sebelumnya—sepertinya ia tahu banyak tentang tempat ini dan sengaja membuatnya untuk datang kemari melihat pemandangan bintang-bintang di malam hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar