Sabtu, 04 Mei 2013

I Miss You


I Miss You
.
Song By Veil
.
Hurt/Comfrot, Un-Forgetable Romance, Angst, Sequel untuk 'Goddess of Music'
.
VanishShipping first but EternalShipping later
.

Tea P.O.V

Aku sedang berjalan menyusuri Taman di siang hari, saat itu mataku tertuju pada sesosok yang melintasi Taman—sosok yang begitu familiar yang ternyata adalah Atem. Atem Sennen sang Pianis muda terkenal yang baru-baru ini memenangkan Kejuaraan Internasional sekaligus mantan Kekasihku. Aku menaikan alis, Apa yang ia lakukan sambil membawa bonquet besar berisi bunga mawar berwarna kuning itu?

Rasa penasaran menggelitik perasaanku, sehingga aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Punggung yang tegap itu—entah sudah berapa bulan aku merindukannya, dan ini semua kesalahanku sudah membuatnya menjauh seperti ini. Semua karena ego-ku ini sehingga aku baru mengerti apa yang selama ini aku korbankan, semua yang sudah aku sia-siakan demi kepentinganku sendiri. Aku merasa malu akan diriku sendiri—dan sekarang aku berpikir aku ingin memenangkan ia kembali kepadaku..

Atem memasuki sebuah pemakaman umum yang terletak dua blok setelah Taman yang baru saja ia lewati, dibalik pohon aku masih mengamatinya. Apa yang ia lakukan di pemakaman ini? Apa salah satu temannya meninggal dan di kubur di pemakaman ini?

Atem berjalan menyusuri area sekitar pemakaman sampai pada akhirnya ia berhenti di sebuah makam yang terletak paling ujung, dibawah dua pohon sakura yang sedang bermekaran dengan indahnya dengan sekelilingnya yang berupa taman bunga yang tengah bemekaran. Aku hanya bisa mengerutkan alis, makam siapa ini sebenarnya?

Kulihat Atem berlutut dihadapan makam tersebut, Ia meletakan bonquet bunga yang ia bawa di depan makam sambil tersenyum lembut—senyuman yang sama sekali tidak pernah kulihat di dalam wajahnya ketika aku mencampakannya, senyuman lembut itu diiringi oleh tangannya kini membelai pelan nisan makam tersebut. Sepertinya orang itu adalah orang yang penting untuknya, Tapi siapa? Aku sama sekali tidak mengetahui hal itu… Siapa dia? Sepertinya Atem sangat mempedulikannya.

“…Sudah lama sekali, ya…” ucap Atem sambil menatap batu nisan tersebut “Sudah 6 bulan sejak kau pergi dan sekarang aku berpikir seharusnya aku mengikuti kemana dirimu pergi—karena aku merasa kesepian disini…” tambahnya lagi

Kesepian?... Atem, Apa yang kau bicarakan? Apa dia yang ada di makam itu kekasih barumu? Kenapa aku sama sekali tidak mengetahuinya… batin Tea di dalam hati

“Hari ini… seperti biasa, aku mengadakan konser klasik di Downtown—mereka sangat menikmati permainan musikku…” ujar Atem “Tapi aku selalu merasakan sesuatu menghilang saat aku bermain piano itu…” tambahnya lagi dengan mata Crymson yang menatap dengan sedih nisan tersebut “Aku tidak bisa lagi merasakan dirimu yang selalu menemaniku selama permainanku—dan aku merasa kehilangan hal itu… entah sampai kapan aku bisa bertahan…” tambahnya lagi

Atem—Kau… batin Tea mendengar ucapan Atem yang terasa mengiris hatinya itu, belum pernah ia melihat 
Atem sesedih ini sebelumnya dan ucapannya itu sangat menyayat hatinya

Atem tersenyum kecil “Well—mungkin aku terlalu berlebihan, kau akan selalu berada bersamaku meskipun aku tidak dapat melihatnya… Aku akan berusaha menepati janjiku padamu, dan suatu saat nanti—kita bisa melakukan pertunjukan berdua, seperti waktu yang dulu…” ucapnya kemudian beranjak berdiri dan melangkah pergi meninggalkan makam tersebut.

Aku melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan Atem sudah pergi jauh—merasa sudah aman, aku melangkahkan kakiku keluar dari tempat persembunyianku dan berjalan menyusuri tempat makam tersebut. Aku memandanginya seakan mataku tidak percaya apa yang aku lihat. Apa benar dia kekasih Atem yang baru? Tapi…
LAKSMI VICHILICIOUS
15 Dec 1890 – 23 Dec 1912

“…Apa maksudnya semua ini…” ucapku tidak percaya sambil memandangi batu nisan tersebut

End of Tea P.OV

Atem meneruskan langkahnya kini ke sebuah stasiun Kereta—setelah berziarah ke Makam Laksmi, ia berniat akan mengunjungi Orang tuanya di Breverly dan memenuhi undangan mereka untuk hadir dalam Acara Hari jadi mereka yang ke-40. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya itu, mungkin ini juga merupakan saat yang tepat untuk merilekskan dirinya setelah banyak sekali menghadiri konser di beberapa tempat sekaligus memikirkan sebuah not baru dalam permainannya nanti.

Atem sengaja memilih ruangan paling terpojok hanya untuk dirinya sendiri—karena sudah tidak ada orang lagi yang sepertinya akan memasuki kereta, Ia bisa menikmati waktunya selama perjalanan yang memakan 2 hari ini.

Pemandangannya tertuju kini pada jendela Kereta yang menampilkan suasana stasiun yang dipenuhi dengan pengunjung, mereka mengantri untuk menunggu kedatangan Kereta selanjutnya. Mata Crymsonnya memandangi pemandangan tersebut yang perlahan mulai terganti seiring berjalannya kereta, tatapan mata itu terlihat sangat kosong dan muram—terlihat begitu amat kesepian.

I miss you
As dazzling as time captured in a painting
That's how the present is...

‘Sepertinya… Aku harus pergi…’ ucap Laksmi kepada Atem ketika mereka sudah mengakhiri permainan di Galerry Hall saat Kejuaraan, tubuh Dewi Musik itu kini bercahaya keemasan dan perlahan mulai memudar ‘Atem… terima kasih sudah menikmati music bersamaku… aku sangat menikmati 5 hari ini bersamamu…’

‘Tunggu—Laksmi!’ ucap Atem berusaha mencegah kepergian gadis itu ‘Kenapa—tiba-tiba! Bukankah kau bilang 1 minggu! Kenapa kau secepat ini…’ ucapnya tidak terima

‘Aku tidak tahu secara pasti—Tapi kekuatanku sudah tidak mampu bertahan selama seminggu, jadi kurasa ini akhirnya…’

‘Tidak—Jangan pergi! Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja, Laksmi—setelah semua yang terjadi aku…’ ucap Atem memandanginya dengan lekat ‘…Aku tidak ingin melepasmu, Aku ingin kau selalu bersamaku…Aku…’

‘…Aku juga ingin selalu bersama tapi—Kau mengerti kan Atem, Aku hanyalah roh…’ ucap Laksmi menatap Atem dengan sendu

‘Kalau kau pergi—Aku akan merasa sendirian…’

‘Shhh—Kau tidak sendirian, masih ada teman-teman, manajer, orang tuamu dan juga semuanya bersamamu… Aku juga akan selalu berada disampingmu, kapanpun kau memainkan permainan indahmu, aku akan selalu disana mendampingimu—jangan merasakan kesendirian—jangan menutupi diri…’ ucap Laksmi menyentuh pipi Atem dengan tangannya yang transparan ‘Nee—tersenyumlah, aku tidak mau melihat wajah sedihmu itu disaat aku pergi nanti…’

Meskipun berat melakukannya, Atem membuat senyuman kecil dengan air mata sedikit menetes di matanya melihat kini tubuh Laksmi mulai memudar sepenuhnya, tetapi ia dapat mendengar suara bisikan kecil itu di telinganya ketika cahaya itu menyelimuti dirinya

I Love You, Ate…

DEG!!

Atem memandangi sekelilingnya—Kenangan lama itu terlintas lagi di pikirannya, Kenangan disaat ia harus kehilangan apa yang baru saja ia anggap penting di dalam hidupnya.
Atem menghela napas pelan sambil memijit kepalanya yang terasa pusing, beberapa saat kemudian pintu terbuka menampilkan seorang Pramusaji dengan troli makanan tersenyum hangat kepadanya.

“Maaf, Tuan—Saya ingin mengantarkan makan malam anda…” ucapnya kemudian menyerahkan nampan berisi makanan kepada Atem lalu “Apa anda ingin Jus, Kopi atau Susu untuk minuman anda?” tawarnya

“Jus saja…” jawab Atem

Pramusaji itu menyerahkan kotak Jus buah kepada Atem sebelum kemudian menutup kembali pintu dan beralih pada penumpang yang lainnya, Atem menaruh nampan berisi makanan itu di meja kecil yang sudah tersedia—ia tidak terlalu bernapsu untuk makan saat ini, Atem membuka kota Jus tersebut dan menyeruputnya kini kembali ke aktivitasnya mengamati pemandangan malam hari dengan bintang-bintang yang bersinar begitu indah diatas alngit sana.

Pemandangan yang sangat indah… Dulu juga ia pernah menyaksikan pemandangan semacam ini…

‘Lihat-Lihat! Sudah kuduga tempat ini masih ada!’ ucap Laksmi sambil melayang dengan senang ketika ia memasuki ruangan di salah satu obestavorium yang sudah lama ditinggalkan ‘Hey, Atem—cepat kesini! Kau melewatkan semuanya…’ ajak Laksmi kepada kini Atem yang mengikutinya dengan langkah tidak berminat

‘Untuk apa kita kesini sebenarnya—kita bisa melakukannya di tempat lain bukan di tempat berdebu dan tua seperti ini…’ keluh Atem merasa jijik melihat ruangan yang penuh debu dan tidak terawat ini

Laksmi mengembungkan pipinya ‘Kau sama sekali tidak mengerti, tunggu dan lihat saja apa yang akan terjadi nanti sebelum kau memprotes…’

Tak lama kemudian ruangan menjadi gelap gulita dan perlahan dari pantulan kaca yang ada di atas atap, semua pemandanga langit malam kini terpantul dengan sempurna ke seisi ruangan, membuat serasa seseorang berada di tengah-tengah langit yang luas dan dipenuhi oleh bintang-bintang. Atem tercengang tidak percaya sementara Laksmi tersenyum senang.

‘…Sudah kubilang kan, ini tempat yang special untuk melihat bintang di malam hari…’ ucap Laksmi ‘Aku sudah lama tidak kesini…’ tambahnya lagi menatap bintang-bintang

‘…Kau… sebenarnya siapa…’ tanya Atem menaikan sebelah alis

Laksmi tertawa pelan ‘Bukankah sudah kubilang—Aku ini Dewi Musik, Laksmi… kenapa kau bertanya hal seperti itu kepadaku lagi…’

Tapi Atem tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Laksmi, mengingat nada bicara yang ia gunakan sebelumnya—sepertinya ia tahu banyak tentang tempat ini dan sengaja membuatnya untuk datang kemari melihat pemandangan bintang-bintang di malam hari.

I Love You, Master


I Love You, Master
.
Lucian x Arteli Calmon
.
Semi-Cannon/ Inspired by Heroes Lore Zero Game/ Fantasy & Romance!
Enjoy for read, and don’t forget to download this game *wink*

Cinta…
Apa itu Cinta?
Tentu saja jika kau bertanya padaku, Cinta itu adalah perasaan yang timbul dalam diri manusia tentang seseorang yang terkasih bagi mereka. Perasaan yang sanggup membuat seorang manusia rela melakukan segalanya atau bahkan membuat nyawa mereka sendiri sebagai taruhan hanya demi Cinta.
Tapi jika kau bertanya apa aku pernah merasakan perasaan Cinta,
Jawabannya adalah TIDAK, Tidak sama sekali…
Karena aku hanyalah seorang Elementals…

Bagiku, tugasku di Bumi ini hanya satu—yaitu menghancurkan pasukan Legolas dan mengembalikan kedamaian di Dunia. Tidak ada waktu bagiku untuk merasakan hal rendah seperti yang dilakukan oleh para mortals, Aku bukanlah makhluk rendah seperti mereka—Aku berbeda dari mereka.

Pasukan Legolas berencana untuk membangkitkan Kekuatan tersembunyi yang sudah beratus-ratus tahun lamanya dan tersegel dengan rapat di bawah tanah—mereka membutuhkan kekuatan yang besar untuk membuka segel kuno tersebut dan semua yang mereka butuhkan hanya satu, yaitu Kekuatan Elementals legendaries sepertiku.

Tentunya, aku berhasil mengecoh pasukan-pasukan bodoh tersebut dan kabur ke tengah hutan perak—Aku tidak tahu mereka memiliki kemampuan yang sangat kuat bahkan jauh lebih kuat dibandingkan kekuatanku yang masih belum bisa kugunakan seluruhnya. Harus ku akui aku kewalahan menghadapi kelima orang itu, bahkan untuk seorang Elementals sepertiku—Aku harus menemukan seorang Master untuk bisa menggunakan seluruh kemampuan yang ku miliki.

Tapi kemudian, Aku bertemu dengannya…

Mataku terpejam memandangi langit malam dimana bulan sedang bersinar begitu indahnya, seulas senyum terukir diwajahku ketika aku mengingat kenangan manis itu—kenangan yang sama sekali tidak akan pernah kulupakan…

Seorang pemuda berdiri tepat di depan gerbang sebuah Kota, sepertinya ia baru saja melangkahkan kakinya keluar dari Kota menuju Hutan—mata Ruby-ku langsung tertuju padanya, pemuda berambut kemerahan dengan iris Saphire itu tampak mengerutkan alis memandangi sosokku yang berlari menyongsongnya.
“Tolong!” seruku dari kejauhan—aku tidak percaya seorang elementals sepertiku meminta pertolongan dengan suara yang merendahkan seperti ini, tapi aku tidak memiliki pilihan lain
Pemuda itu hanya memandangiku, sedikit tercengang melihat diriku “…Apa yang—!”
Aku langsung menambah kecepatanku berlari kemudian bersembunyi dibalik tubuh pemuda itu berharap agar ia menuruti setiap permainan sandiwara ini dan menolongku—biasanya setiap pria tampan tidak akan pernah menolak permintaan tolong seorang gadis cantik kan?
Pemuda itu menoleh kebelakang, memandangiku dengan tatapan tidak tahu menahu “A—Apa? Apa yang terjadi sebenarnya?” tanyanya berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi
Dengan tatapan memelas aku memandangnya dan menjawab “Seseorang berusaha untuk membunuhku! Tolong aku!” pintaku memelas
“Membunuhmu? Siapa?” tanyanya lagi menaikan sebelah alis
Sebelum aku dapat menjawab, romobongan kelompok Legolas yang berhasil mengejarku kini berada di hadapan kami dengan seseorang yang berada di depan barisan para assassin itu.
“…Aku” jawabnya dengan senyuman licik “Aku berpikir kemana kau akan berlarian seperti anak kecil—ternyata kau punya teman…” tambahnya
Pemuda itu hanya terdiam sebelum kemudian menengok ke kanan dan ke kiri lalu menunjuk dirinya sendiri tanpa tahu apa-apa “Apa yang dia maksud ‘teman’ itu aku…” gumamnya polos
Aku hanya berkacak pinggang—jangan-jangan pemuda ini sama sekali tidak bisa apa-apa, “Tentu saja, bukankah menolong seseorang yang sedang kesusahan terutama seorang wanita adalah tugas seorang pria..” ucapku kemudian menunjuk pasukan di hadapan kami “Majulah dan kalahkan dia..” perintahku dengan santai
Pemuda itu mendengus kesal memandangiku dengan tatapan tajam “Kau pikir aku mau melakukan apa yang kau peritahkan hanya karena kau mengatakannya begitu!”
Aku terdiam—well, sepertinya taktik wanita cantik tidak berhasil untuk meluluhkan pemuda ini membantuku, “Atau kau bisa mengalihkan perhatian mereka dan memberikanku beberapa waktu untuk melarikan diri secepatnya…”
“Berhenti bercanda!” serunya kemudian menggelengkan kepala
“Ehemm… Maaf anak muda, tapi bukan mauku untuk mengganggu pertengkaran kalian—tapi untuk sekedar nasihat, kalau kau ingin hidup lebih lama lagi sebaiknya kusarankan kau tidak mencampuri urusan orang lain..” ucap pemuda berambut perak itu “Serahkan gadis itu padaku sebelum aku menggunakan cara kekerasan…”
Pemuda itu menghela napas sebelum kemudian mundur beberapa langkah “Aku tidak punya minat untuk mencampuri urusan apalah itu—Kalau kau ingin mengambilnya, ambil saja dia…” ucapnya santai
Aku memandanginya dengan sebal “KAU ITU BENAR-BENAR KETERLALUAN PADA SEORANG LADY!” seruku tidak terima—seenaknya saja dia memperlakukan diriku seperti itu, benar-benar pemuda rendahan yang lemah!
“Untuk apa aku membahayakan nyawaku untuk orang asing yang baru saja ku temui!” sahutnya tidak peduli
Pemuda berambut perak itu segera mengambil ancang-ancang untuk menangkapku kembali—aku sudah tidak dapat berbuat apa-apa, tapi kemudian tanpa disadari. Pemuda itu mengambil pedangnya dan melawan kelompok Legolas itu—mataku tidak percaya memandangi pemuda yang bertarung layaknya seorang swordman terlatih, dengan mudahnya ia melawan 5 orang assassin itu sekaligus dalam beberapa ayunan pedang. Pemuda itu bukan orang biasa dan itulah yang terlintas dalam pikiranku ketika melihatnya bertarung.

Aku membuka mataku kembali, angin malam yang sejuk ini begitu menenangkan diriku—tanganku mulai melingkar memeluk kakiku, memandangi danau di depan dimana sinar bulan memantul dengan sempurna di air danau yang jernih itu.

Saat pertama kali aku bertemu dengannya, kupikir dia hanyalah seorang pemuda keras kepala yang tidak mau mempedulikan orang lain terutama orang asing.
Ia selalu terlihat tidak mempedulikan apapun—tetapi, mata dan juga telinganya selalu terbuka menunjukan bahwa sebenarnya dirinya tidaklah sedingin seperti apa yang ia tunjukan. Aku menyadarinya,

Setelah bertemu pemuda itu, aku tidak membiarkannya begitu saja—mungkin dia bisa membantuku menyelesaikan masalah ini sehingga akupun segera mengikutinya diam-diam, aku tidak tahu Alycia juga ada disana dan menculik salah seorang sahabat pemuda itu. Kesempatan ini tentunya harus kugunakan dengan baik untuk membuat pemuda itu mau melakukan tugasnya membantuku.
“Sebenarnya siapa dirimu… Kenapa kau mengikutiku! Ditambah lagi sebenarnya apa yang mereka inginkan denganmu!” serunya memandangiku
Aku menatapnya dengan tenang “Itu karena aku adalah salah satu Kekuatan besar yang mereka butuhkan dalam rencana mereka, namaku adalah Arteli Calmon. Aku adalah Elementals paling kuat yang pernah ada, julukanku adalah Hymn of Destruction.” Jelasku
Pemuda itu menghela napas pelan “Untuk seseorang yang mengatakan dirinya makhlu paling terkuat yang pernah ada, Kenapa kau malah melarikan diri saat mereka mengejarmu barusan?” tanyanya tidak percaya
Aku berkacak pinggang “Kau itu memang tidak mengerti apa-apa… Apa kau tahu apa itu Elementals?”
“Bukankah mereka semacam hewan—Dulu Ibu pernah memeliharanya di Rumah dan dia hampir saja mengigitku ketika aku ingin mengelusnya—!” ucapannya terputus karena aku mendorongnya
“JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN HEWAN RENDAHAN!!” seruku tidak terima “ELEMENTALS memiliki kecerdasan yang tinggi dan kami bebas memilih siapa Master kami! Salah satunya yang bisa memiliki wujud fisik sepertiku ini sangatlah langka dan bahkan tidak ada yang memiliki kemampuan yang sama sepertiku.”
“…Dan apa sebenarnya maksud ucapanmu?”
“Kemampuan kami hanyalah sebagai supplementary untuk Master kami—Kami tidak bisa menggunakan kekuatan kami secara penuh tanpa seorang Master.” Jawabku “…Jadi untuk saat ini, kekuatanku hanyalah sebatas gadis desa biasa…”
Pemuda itu menggelengkan kepala “Atau lebih tepatnya kau lemah tanpa seorang Master…”

“Sedang apa kau ditengah malam di tempat seperti ini, huh?” ucap sebuah suara membuat Calmon tersadar dari lamunannya kini menatapa mata Saphire di depannya yang memandangi dirinya dengan tatapan heran

“…Bukan urusanmu” jawab Calmon ketus memalingkan wajahnya angkuh, sebenarnya ia hanya tidak ingin pemuda itu melihat sesuatu dari dirinya yang tidak ingin diketahui oleh orang lain

Lucian, pemuda berambut merah itu hanya menghela napas saja mendengar ucapan ketus dari sang elementals, perlahan ia melangkahkan kakinya dan duduk disamping gadis itu. tu

“…Sepertinya kau sedang sibuk memikirkan sesuatu…” ucap Lucian memulai sambil memandangi danau tanpa melirik ke arah Calmon “Bukankah semuanya sudah berakhir?” tambahnya lagi

Calmon hanya mendengus “Berakhir bukan berarti kita harus bersantai! Siapa tahu saja suatu saat nanti mereka bisa kembali! Kita tidak boleh lengah! Kau itu santai sekali, Lucian!!” bantahku keras kepala

Lucian hanya menaikan bahunya cuek sebelum kemudian menyandarkan tubuhnya dengan nyaman di pohon yang rindang. Ia berdeham sejenak menikmati pemandangan dan juga udara di malam yang sejuk ini. 

Sementara itu, Calmon hanya menatap pemuda itu dengan diam—mata Crymsonnya mencermati postur Pemuda itu—Lucian yang adalah Master-nya.

“Kalau begitu kita lakukan kontrak!” ucap Calmon bergejolak menatap Lucian
Lucian mundur beberapa langkah sampai kepalanya terbentur oleh tembok, “K—Kontrak! Apa maksudmu!” tanyanya tidak tahu menahu
Calmon tidak memiliki waktu untuk menjelaskan kepada Lucian apa maksud ucapannya barusan langsung meraih tangan pemuda itu dan menggenggamnya dengan erat—perlahan cahaya biru mulai menyelimuti keduanya dengan kini diagram sihir jelas terukir dibawah kaki mereka.
“Aku… Arteli Calmon dengan ini akan mengukir sumpah setiaku kepada Master baruku, Lucian” ucap Calmon memandangi wajah Lucian dengan tatapan sungguh-sungguh “Mulai saat ini, aku akan menjadi pedangmu dan juga perisaimu—aku akan melindungimu sampai akhir waktu…”

Terlalu lama menghayal di alam pikirannya, Calmon sama sekali tidak menyadari Lucian memandangi dirinya dengan tampang curiga.

“Hei—Calmon!” tegur Lucian berusaha menyadarkan Elementals itu kembali ke alam sadarnya, Calmon sejenak hanya mengerjapkan matanya sebelum kemudian membalikan wajahnya dengan semburat merah yang sudah menyebar mewarnai wajahnya “Err—Kau sakit Calmon?” tanya Lucian lagi sedikit heran

“S—Siapa bilang aku sakit! Elementals itu tidak bisa terjangkit penyakit tahu—sistem immune kami sangat kuat!” protes Calmon mengelak

Lucian hanya mengerutkan alis mendengarnya “Kalau kau tidak sakit kenapa wajahmu semerah itu—sini..” ucap Lucian mencoba untuk meraih lengan Calmon tetapi gadis itu malah menjauhi dirinya “Coba biar ku cek—hey, Calmon!” tambah Lucian

“Tidak perlu! Sudah kubilang aku baik-baik saja!” sahut Calmon keras kepala tidak mau mendengarkan

Lucian hanya memandangi gadis itu sebelum kemudian, “Arteli Calmon—Kuperintahkan kau datang kepadaku sekarang!” perintahnya

Mata Crymson Calmon melebar ketika seketika tubuhnya bergerak sendiri begitu saja—Lucian mengucapkan kata-kata perintah yang tidak bisa ia hindari selain mematuhinya. Setiap Master memiliki kemampuan khusus untuk memerintah para Elementals—ugh, meskipun Calmon berusaha mengelak dari ucapan perintah tersebut ia tidak dapat menghentikan tubuhnya yang kini merangkak mendekati Lucian.

“…Kau!” seru Calmon tidak terima memandangi Lucian yang tersenyum puas menatapnya

Lucian tersenyum lebar menatap Calmon, “Heh—Sepertinya ada untungnya juga aku memiliki kemampuan seperti ini, seharusnya kau memberitahuku sejak awal kalau dengan perintah ini aku bisa membuatmu menurut seperti anak baik…” ejeknya

“Seenaknya saja!! Seharusnya aku tidak perlu memberitahumu!!” protes Calmon

Saat itu, dimana Alpez berhasi diselamatkan—gadis itu langsung memeluk Lucian tepat di mata Calmon. Calmon masih mengingat dengan jelas betapa kesalnya dirinya melihat gadis itu memeluk Master miliknya—dia memang Elementals, tapi ia juga punya sesuatu kekuasaan dimana tidak ada seseorang yang boleh menyentuh Master ataupun sesuatu yang menjadi miliknya.
“Oh, Lucian terima kasih sudah menolongku~” ucap Alpez dengan suara yang sangat lembut atau dibuat sedemikian rupa
Lucian melepaskan rangkulan gadis itu kemudian menunjuk Calmon “Seharusnya kau berterima kasih pada Calmon, dia yang sudah menolongmu…” sahut Lucian
Alpez memandangi Calmon dan tersenyum padanya—tetapi Calmon hanya menatapnya dengan dingin.
“Terima kasih sudah menolongku,” ucap Alpez
Calmon memalingkan wajahnya “Huh? Aku tidak berniat menolongmu—aku hanya mengikuti perintah Lucian…”
Alpez memandang gadis itu “Tapi kau juga membantu Lucian menolongku…”
“Tidak—Aku sama sekali tidak membantunya menolongmu…” sahut Calmon ketus
Sementara Lucian hanya menghela napas melihat tingkah laku Calmon dan Alpez yang saling melontarkan kata-kata aneh dan sama sekali tidak ia mengerti—Calmon yang sudah malas meladeni gadis bernama Alpsi atau semacamnya itu langsung merangkulkan tangannya memeluk lengan Lucian dan membawa Masternya menjauh dari gadis itu.

Puff!

Sesuatu yang lembut dan hangat kini menyentuh dahinya—mata Crymson itu menatap mata Saphire di hadapannya.

“Sama sekali tidak demam…” gumam Lucian “Tapi kenapa wajahmu malah semakin memerah?” tanyanya lagi sambil menaikan alis

Calmon masih menatap Lucian tidak menghiraukan ucapan pemuda tersebut—jantungnya berdegup dengan kencang akibat kontak fisik barusan. Apa maksudnya semua ini?

Ia akan merasa senang jika bersama dengan Lucian—ini terbukti ketika ia diculik oleh kelompok Legolas yang memaksanya untuk melepaskan kontrak yang ia miliki dengan Lucian, ia bahkan tidak peduli seberapa berat dirinya disiksa oleh mereka asalkan ia masih memiliki kontrak tersebut. Asalkan ia memiliki kontrak tersebut ia akan tetap berhubungan dengan pemuda itu—sampai kapanpun ia tidak mau membatalkan kontrak itu.
Ia akan merasa sangat kesal jika Lucian berdekatan dengan gadis-gadis lain—terutama Alpez yang selalu saja mendekati Lucian dan seenaknya memeluknya. Atau pada saat gadis dari kota Humming yang mencoba untuk memberikan ciuman pada Lucian itu—darahnya langsung mendidih sehingga terpaksa ia mendorong gadis itu menjauh. Lucian hanya miliknya, karena ia adalah Masternya.
Ia tidak bisa berkata jujur sehingga ia tidak mengatakan apapun—tetapi Lucian bisa dengan mudah membaca apa yang tersirat di wajahnya. Pemuda itu mengetahui sesuatu yang berada di dalam dirinya hanya dengan melihat wajahnya saja.
Awalnya semua tindakan egoisnya hanya seolah-olah untuk melindungi Lucian karena ia adalah Masternya—tapi kalau dikaitkan dengan para gadis itu…
Calmon sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya…
Kenapa ia terlalu peduli pada Lucian? Padahal ia hanya seorang Elementals yang seharusnya tidak mencampuri urusan Masternya—tapi melihatnya bersama dengan gadis lain entah kenapa membuat moodnya menjadi buruk…
Dan seperti apa kata penjaga di perpustakaan Kota Plum, “Kau terlihat mencintai pemuda tampan itu—aku bisa melihatnya dari wajahmu yang memandangnya dengan penuh kasih setiap saat, kau pasti cemburu melihatnya dikelilingi gadis-gadis itu…”
Cemburu?
Cinta?
Apakah maksudnya semua itu?
Tapi semuanya menjadi jelas setelah semua ini berakhir—setelah semuanya kembali menjadi normal dan saat ini mereka menjalani petualangan berdua saja. Berdekatan dan berdampingan seperti ini… selalu bersama dan saling menolong ketika bahaya menghampiri…
Semua itu hal yang dilakukan oleh para pasangan yang ia baca di sebuah buku…
Hanya dengan senyuman bisa mengubah segalanya, dan hanya dengan sentuhan semuanya dapat dirasakan…
Aku sekarang mengerti…
Greb!

Dengan sekejap Calmon langsung menerjang dan memeluk Lucian—tubuhnya yang semula kedinginan kini terasa hangat hanya dengan bersentuhan dengan Lucian. Kehangatan ini terasa begitu nyaman.

“H—Hoi, Calmon apa yang…” ucapan Lucian tergantung ketika melihat kini gadis Elementals itu sudah terlanjur terlelap masih memeluknya, wajahnya terlihat tenang dengan senyuman kecil. “Benar..Benar…” gumam Lucian sambil menggelengkan kepala, sepertinya ia harus betah dengan posisinya yang seperti ini sampai matahari terbit.

Aku tidak mau berpisah…
Bukan karena kontrak atau apapun itu yang mengikat kami sampai sekarang…
Aku ingin bersama karena itulah keinginanku… Aku ingin bersamanya karena dialah tempatku…
Aku… Mencintainya, karena dialah Masterku… Master milikku seorang



Sabtu, 16 Februari 2013

Love Games (Borrowing character from Gia-XY)



Love Games
(Easy come, Easy Go)
.
Story © Litte Yagami Osanowa
Kisaragi Yurika © Gia_XY
Yami Sennen © Gia_XY (Fiction Character)
Laksmi Vichilicious © Litte Yagami
Atem Sennen © Litte Yagami (Fiction Character)
.
YOU ARE WARNED!!
This Contain Adult Material—Actually not TOO FAR from that or should I say LIME? TEENAGERS LIFE? Night World? Clubbing and so ON~
Borrowed Character from Gia_XY!!
.

The Hamptons PentHouse-Paris
Sebuah PentHouse yang sangat mewah dengan desain yang sangat modern terdiri dari 3 lantai dan 2 kolam renang pribadi di halaman belakang dan 1 Jacuzzi mewah di balkoni yang terletak di lantai 3, taman yang luas di depan yang ditumbuhi oleh berbagai macam pohon dan bunga-bunga yang sudah terawat dengan teratur oleh Penjaga Kebun yang sudah disewa secara khusus—Di garasi terdapat 4 Mobil Sport mewah dengan warna-warna pilihan yang keren dan merek terbaru, Kalian pasti tidak akan menyangka bahwa PentHouse yang mewah dan luas ini hanya ditingali oleh 2 orang gadis saja.
“Hei—Kudengar si Jennifer Orlandes mengait 3 Pria Pengusaha terkenal sekaligus kemarin..” ucap seorang gadis sambil membalik halaman majalah yang sedang dibacanya, ia mengenakan celana hotpants yang sangat pendek sehingga memperlihatkan kulit mulus kakinya yang berwarna putih dan mengenakan tank-top berwarna putih yang sangat ketat sehingga memperlihatkan lekukan tubuhnya yang sangat W-O-W!! rambutnya yang bewarna pirang ikal itu dikuncir keatas yang kini sedang terbaring diatas sofa dengan majalah ditangan sambil memakan pocky rasa coklat duluxe yang ada di atas meja. Kisaragi Yurika adalah nama lengkapnya—Info tentang dirinya? Akan dibahas lain kali…
Seorang gadis lagi yang hampir mirip dengannya, memiliki rambut pirang panjang sepunggung yang kini diikat kebelakang dan saat ini mengenakan tight-tank top yang pendek diatas perut berwarna polos ditambah dengan hotpants yang pendek berwarna biru—Mata Saphirenya menatap malas kearah handphone yang ada ditangannya sementara dipangkuannya sudah ada 1 box Ice Cream Triiple Couple Pads—Apa mereka berdua saudara??
“Hemm… Benarkah? Siapa 3 orang itu kira-kira?” tanya si gadis itu sambil menaikan alis sebelum kemudian menaruh handphone-nya diatas meja
Yurika menyeringai kecil menatap gadis itu “Ferdinand Arscoft, Luke Dominique, dan Hendrich Fillonso—Kau pasti mengenal mereka kan, Laksmi…” sahut Yurika memanggil gadis tadi yang bernama Laksmi, Laksmi Vichilicious—Semua orang tahu siapa dia, jadi tidak ada info lagi mengenai dirinya yang diberitahukan..
Laksmi tertawa kecil “Ferdinand Arscoft si Pengusaha Mabel itu, Luke Dominique si Pengusaha muda Perusahaan Tambang yang baru-baru ini ditemukan dan—Oh, aku lupa yang satu lagi apa dia si Pengusaha Kerang Mutiara di pelabuhan itu?... Kalau tidak salah namanya Hendrich kan?” jelas Laksmi
Yurika mengangguk sambil menaikan alis “Kau bisa menghapal mereka bertiga?” tanyanya heran
Laksmi mengangkat bahu “Ayolah—Kita baru saja memutuskan mereka 3 hari yang baru… dan sekarang Jennifer Orlandes bersama dengan mereka seharusnya kita bangga, karena kau sudah tahu apa itu kan, Yur?” tambah Laksmi
Yurika tertawa kemudian beranjak duduk diatas sofa, Ia mengangguk setuju sambil tersenyum licik dan dibalas dengan senyuman yang sama oleh Laksmi yang ada di depannya.
“Berbagi barang bekas dengan orang yang membutuhkan itu sungguh perbuatan yang mulia~” ucap keduanya di waktu yang bersamaan
Lho-Lho—LHO!!? BARANG BEKAS—Apa maksudnya tuh? Dan lagi seringaian licik yang di paparkan keduanya satu sama lain. Sebenarnya siapakah mereka berdua ini yah? Ermm.. Apa Author perlu menjelaskan?
Kisara Yurika, Lulusan London University dan juga sangat pintar dalam segala mata pelajaran—Tidak ada hal yang sama sekali tidak ia ketahui, baru-baru ini memimpin sebuah Perusahaannya sendiri sebagai Direktur Utama tapi kemudian menyerahkan jabatannya ke Serketarisnya dengan alasan Bosan mengatur Perusahaan—Ia mengambil cuti Bebas dan bekerja kapanpun yang ia mau, Sangat-sangat-SANGAT suka menghabiskan waktu di Club, Bar, Disco dan tidak ada yang heran kalau ia sangat pintar memainkan hati para lelaki yang ada disekitarnya—Tidak ada seorangpun yang dapat menolah pesona yang dimilikinya.
Laksmi Vichilicious, Lulusan Parish University yang mendapat julukan Queen of Perfection selama di Universitas karena tidak ada apapun yang tidak bisa ia lakukan—semua selalu ia lakukan dengan sempurna tanpa cacat sedikitpun, Ia sudah mendapatkan penghasilan selama Kuliah dan sekarang ia merasa tidak perlu lagi untuk bekerja—Untuk apa ia bekerja kalau ia sudah memiliki tumpukkan harta yang banyak? Karena itulah hidupnya selalu dihabiskan ke tempat-tempat malam di Paris untuk bersenang-senang dan bahkan berjudi kalau perlu dan ditambah lagi Ia bisa mengait para pemuda kaya yang bodoh disana untuk dimanfaatkan nantinya—Hidup adalah kesenangan yang harus dinikmati dan itulah Motto-nya.
Laksmi dan Yurika sama-sama bertemu di Paris saat mereka mengunjungi salah satu Club malam baru di suatu distrik—Keduanya saling mengobrol dan menyadari kesamaan diantara satu dengan yang lainnya dan akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di PentHouse mewah hanya berdua saja sambil menikmati aktivitas mereka sepanjang malam—Menggoda atau Digoda itulah Hukum Alam dan barang siapa yang sudah terjatuh didalam jebakan Godaan tersebut maka akan dipastikan mereka tidak akan bisa bangkit lagi ke permukaan untuk kedua kalinya—banyak para Gadis yang iri dengan kemampuan keduanya yang begitu memikat hati para lelaki tampan khususnya yang berkantung tebal! Maka dari itu keduanya dikenal sebagai Flirty Queen oleh sebagian besar para gadis.
“Jadi—Malam ini kita akan kemana?” tanya Yurika sambil melempar majalahnya kebelakang tidak mempedulikannya lagi sekarang
Laksmi bertopang dagu “Hemm—Pertanyaan yang bagus, Kita sudah mencoba semua Club ataupun Bar disekitar wilayah ini…”
“Uh-Oh… Aku tidak suka perkataan tadi~ Kalau kita sudah emngunjungi semuanya berarti tidak ada tempat baru untuk kita bersenang-senang!” keluhnya sambil menyilangkan tangan di dada
Laksmi mengangguk “Mau bagaimana lagi~ Hemm—Mungkin Besok pagi kita bisa mensurvei beberapa tempat baru untuk nanti malam… Kau setuju?”
Yurika mengangguk “Setuju!! Kita pilih tempat seperti biasa…”
“Yupe! Dan—Oh, Pastikan mereka juga memiliki Papan Roullette untuk kita bermain!”
“Aku suka Roulette!!”
~Other Place~
Disebuah Mansion mewah dan megah bergaya khas Prancis dipadu dengan gaya Jepang Modern dengan luas yang bahkan melebihi luas perkebunan apapun dengan halaman yang sangat luas menghampar di depan Mansion, Kolam renang yang sangat luas diisi dengan air yang sangat jernih—Tempat berjemur, Kolam air panas otomatis—Limo dan berbagai kendaraan mewah lainnya yang terparkir rapi di dalam Garasi yang sangat luas, merupakan tempat yang lebih dikatakan sebagai Istana dibandingkan sebuah Rumah biasa—Siapakah kira-kira pemilik Mansion ini? Pastinya mereka bukan orang biasa kan?
“Huh?—Sebenarnya kenapa juga kita harus pindah dari New York ke tempat seperti ini!” keluh seorang berambut bintang dan berkulit putih-cream yang saat ini mengenakan kaos berwarna hitam dengan celana hitam pendek yang warnanya serupa—ia langsung menghempaskan dirinya ke sofa berwarna merah yang empuk sambil menghela napas “Kau tahu—Aku lebih betah di Las Vegas! Tidak ada hal menarik disini~”
Seorang lagi yang memiliki gaya rambut yang sama dengan pemuda di sofa tadi kini sedang duduk di dekat jendela sambil mengamati hamparan pemandangan halaman yang luas di depannya “Kita tidak memiliki pilihan lagi Yami—Apa kau mau Ayah berhasil menemukan kita kemudian memaksa kita kembali lagi ke rumah?” ucapnya tenang, ia memiliki kulit Tan yang eksotis dan warna Mata Crymson yang sama dengan si pemuda yang satu itu—Tapi bisa kita lihat dari gaya bicaranya yang tenang itu, Ia adalah yang tertua.
Yang dipanggil Yami hanya bisa mendengus kesal “Tentu saja tidak!! Kau pikir Aku mau Ayah menarikku kembali ke rumah itu hanya untuk menyetujui kontrak pernikahan dengan—ugh!! Lagipula Aku sama sekali tidak berminat!!” sahutnya “Bagaimana denganmu sendiri—Atem?”
“Kau sendiri sudah tahu, kan?—Meskipun aku yang tertua aku sama sekali tidak bisa menyetujui kesepakatan sepihak ini… ditambah lagi mereka memaksa kita melakukan hal yang sama sekali tidak kita sukai… Kau pikir aku mau dijodohkan dengan gadis monster itu!” sahutnya lagi “Lagipula—Aku ingin merasakan kebebasan hidup…”
“Benar!” sahut Yami “…Karena itu kita kabur dari Rumah—Hidup berpindah tempat, bertemu dengan gadis-gadis menarik dari belahan dunia kemudian lari lagi dari pengejaran sampai akhirnya kita tiba disini—Paris!” celotehnya
Atem mengangguk setuju “Kau tahu aku sudah lelah untuk melarikan diri seperti ini lagi, Yami… Kau pikir mungkin mereka bisa mengerti semua tindakkan yang kita lakukan selama ini?...”
“Haah… tidak tahu… Kalaupun mereka mengerti—Mereka pasti memaksa kita untuk mencari gadis lain untuk dijadikan calon emnantu mereka nanti…” sahut Yami
Atem mendesah sambil menggeleng kepala “Hidup ini memang sangat berat…” ucapnya