I
Miss You
.
Song
By Veil
.
Hurt/Comfrot,
Un-Forgetable Romance, Angst, Sequel untuk 'Goddess of Music'
.
VanishShipping
first but EternalShipping later
.
Tea
P.O.V
Aku sedang berjalan menyusuri Taman di siang hari,
saat itu mataku tertuju pada sesosok yang melintasi Taman—sosok yang begitu
familiar yang ternyata adalah Atem. Atem Sennen sang Pianis muda terkenal yang
baru-baru ini memenangkan Kejuaraan Internasional sekaligus mantan Kekasihku.
Aku menaikan alis, Apa yang ia lakukan sambil membawa bonquet besar berisi bunga mawar berwarna kuning itu?
Rasa penasaran menggelitik perasaanku, sehingga aku
diam-diam mengikutinya dari belakang. Punggung yang tegap itu—entah sudah
berapa bulan aku merindukannya, dan ini semua kesalahanku sudah membuatnya
menjauh seperti ini. Semua karena ego-ku ini sehingga aku baru mengerti apa
yang selama ini aku korbankan, semua yang sudah aku sia-siakan demi
kepentinganku sendiri. Aku merasa malu akan diriku sendiri—dan sekarang aku
berpikir aku ingin memenangkan ia kembali kepadaku..
Atem memasuki sebuah pemakaman umum yang terletak
dua blok setelah Taman yang baru saja ia lewati, dibalik pohon aku masih
mengamatinya. Apa yang ia lakukan di pemakaman ini? Apa salah satu temannya
meninggal dan di kubur di pemakaman ini?
Atem berjalan menyusuri area sekitar pemakaman
sampai pada akhirnya ia berhenti di sebuah makam yang terletak paling ujung,
dibawah dua pohon sakura yang sedang bermekaran dengan indahnya dengan
sekelilingnya yang berupa taman bunga yang tengah bemekaran. Aku hanya bisa
mengerutkan alis, makam siapa ini sebenarnya?
Kulihat Atem berlutut dihadapan makam tersebut, Ia
meletakan bonquet bunga yang ia bawa
di depan makam sambil tersenyum lembut—senyuman yang sama sekali tidak pernah
kulihat di dalam wajahnya ketika aku mencampakannya, senyuman lembut itu
diiringi oleh tangannya kini membelai pelan nisan makam tersebut. Sepertinya orang
itu adalah orang yang penting untuknya, Tapi siapa? Aku sama sekali tidak
mengetahui hal itu… Siapa dia? Sepertinya Atem sangat mempedulikannya.
“…Sudah lama sekali, ya…” ucap Atem sambil menatap
batu nisan tersebut “Sudah 6 bulan sejak kau pergi dan sekarang aku berpikir seharusnya
aku mengikuti kemana dirimu pergi—karena aku merasa kesepian disini…” tambahnya
lagi
Kesepian?...
Atem, Apa yang kau bicarakan? Apa dia yang ada di makam itu kekasih barumu? Kenapa
aku sama sekali tidak mengetahuinya… batin Tea di dalam hati
“Hari ini… seperti biasa, aku mengadakan konser
klasik di Downtown—mereka sangat menikmati permainan musikku…” ujar Atem “Tapi
aku selalu merasakan sesuatu menghilang saat aku bermain piano itu…” tambahnya
lagi dengan mata Crymson yang menatap dengan sedih nisan tersebut “Aku tidak
bisa lagi merasakan dirimu yang selalu menemaniku selama permainanku—dan aku
merasa kehilangan hal itu… entah sampai kapan aku bisa bertahan…” tambahnya
lagi
Atem—Kau…
batin Tea mendengar ucapan Atem yang terasa mengiris hatinya itu, belum pernah
ia melihat
Atem sesedih ini sebelumnya dan ucapannya itu sangat menyayat
hatinya
Atem tersenyum kecil “Well—mungkin aku terlalu berlebihan, kau akan selalu berada
bersamaku meskipun aku tidak dapat melihatnya… Aku akan berusaha menepati
janjiku padamu, dan suatu saat nanti—kita bisa melakukan pertunjukan berdua,
seperti waktu yang dulu…” ucapnya kemudian beranjak berdiri dan melangkah pergi
meninggalkan makam tersebut.
Aku melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan Atem
sudah pergi jauh—merasa sudah aman, aku melangkahkan kakiku keluar dari tempat
persembunyianku dan berjalan menyusuri tempat makam tersebut. Aku memandanginya
seakan mataku tidak percaya apa yang aku lihat. Apa benar dia kekasih Atem yang
baru? Tapi…
LAKSMI
VICHILICIOUS
15
Dec 1890 – 23 Dec 1912
“…Apa maksudnya semua ini…” ucapku tidak percaya
sambil memandangi batu nisan tersebut
End
of Tea P.OV
Atem meneruskan langkahnya kini ke sebuah stasiun
Kereta—setelah berziarah ke Makam Laksmi, ia berniat akan mengunjungi Orang
tuanya di Breverly dan memenuhi undangan mereka untuk hadir dalam Acara Hari
jadi mereka yang ke-40. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan kedua orang
tuanya itu, mungkin ini juga merupakan saat yang tepat untuk merilekskan
dirinya setelah banyak sekali menghadiri konser di beberapa tempat sekaligus
memikirkan sebuah not baru dalam permainannya nanti.
Atem sengaja memilih ruangan paling terpojok hanya
untuk dirinya sendiri—karena sudah tidak ada orang lagi yang sepertinya akan
memasuki kereta, Ia bisa menikmati waktunya selama perjalanan yang memakan 2
hari ini.
Pemandangannya tertuju kini pada jendela Kereta yang
menampilkan suasana stasiun yang dipenuhi dengan pengunjung, mereka mengantri
untuk menunggu kedatangan Kereta selanjutnya. Mata Crymsonnya memandangi
pemandangan tersebut yang perlahan mulai terganti seiring berjalannya kereta,
tatapan mata itu terlihat sangat kosong dan muram—terlihat begitu amat
kesepian.
I miss you
As dazzling as time captured in a painting
That's how the present is...
That's how the present is...
‘Sepertinya… Aku harus
pergi…’ ucap Laksmi kepada Atem ketika mereka sudah mengakhiri permainan di
Galerry Hall saat Kejuaraan, tubuh Dewi Musik itu kini bercahaya keemasan dan
perlahan mulai memudar ‘Atem… terima kasih sudah menikmati music bersamaku… aku
sangat menikmati 5 hari ini bersamamu…’
‘Tunggu—Laksmi!’ ucap
Atem berusaha mencegah kepergian gadis itu ‘Kenapa—tiba-tiba! Bukankah kau
bilang 1 minggu! Kenapa kau secepat ini…’ ucapnya tidak terima
‘Aku tidak tahu secara
pasti—Tapi kekuatanku sudah tidak mampu bertahan selama seminggu, jadi kurasa
ini akhirnya…’
‘Tidak—Jangan pergi!
Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja, Laksmi—setelah semua yang
terjadi aku…’ ucap Atem memandanginya dengan lekat ‘…Aku tidak ingin melepasmu,
Aku ingin kau selalu bersamaku…Aku…’
‘…Aku juga ingin
selalu bersama tapi—Kau mengerti kan Atem, Aku hanyalah roh…’ ucap Laksmi
menatap Atem dengan sendu
‘Kalau kau pergi—Aku akan
merasa sendirian…’
‘Shhh—Kau tidak
sendirian, masih ada teman-teman, manajer, orang tuamu dan juga semuanya
bersamamu… Aku juga akan selalu berada disampingmu, kapanpun kau memainkan
permainan indahmu, aku akan selalu disana mendampingimu—jangan merasakan kesendirian—jangan
menutupi diri…’ ucap Laksmi menyentuh pipi Atem dengan tangannya yang
transparan ‘Nee—tersenyumlah, aku tidak mau melihat wajah sedihmu itu disaat
aku pergi nanti…’
Meskipun berat
melakukannya, Atem membuat senyuman kecil dengan air mata sedikit menetes di
matanya melihat kini tubuh Laksmi mulai memudar sepenuhnya, tetapi ia dapat
mendengar suara bisikan kecil itu di telinganya ketika cahaya itu menyelimuti
dirinya
I Love You, Ate…
DEG!!
Atem
memandangi sekelilingnya—Kenangan lama itu terlintas lagi di pikirannya,
Kenangan disaat ia harus kehilangan apa yang baru saja ia anggap penting di
dalam hidupnya.
Atem
menghela napas pelan sambil memijit kepalanya yang terasa pusing, beberapa saat
kemudian pintu terbuka menampilkan seorang Pramusaji dengan troli makanan
tersenyum hangat kepadanya.
“Maaf,
Tuan—Saya ingin mengantarkan makan malam anda…” ucapnya kemudian menyerahkan
nampan berisi makanan kepada Atem lalu “Apa anda ingin Jus, Kopi atau Susu
untuk minuman anda?” tawarnya
“Jus
saja…” jawab Atem
Pramusaji
itu menyerahkan kotak Jus buah kepada Atem sebelum kemudian menutup kembali
pintu dan beralih pada penumpang yang lainnya, Atem menaruh nampan berisi
makanan itu di meja kecil yang sudah tersedia—ia tidak terlalu bernapsu untuk
makan saat ini, Atem membuka kota Jus tersebut dan menyeruputnya kini kembali
ke aktivitasnya mengamati pemandangan malam hari dengan bintang-bintang yang
bersinar begitu indah diatas alngit sana.
Pemandangan
yang sangat indah… Dulu juga ia pernah menyaksikan pemandangan semacam ini…
‘Lihat-Lihat! Sudah kuduga
tempat ini masih ada!’ ucap Laksmi sambil melayang dengan senang ketika ia
memasuki ruangan di salah satu obestavorium yang sudah lama ditinggalkan ‘Hey,
Atem—cepat kesini! Kau melewatkan semuanya…’ ajak Laksmi kepada kini Atem yang
mengikutinya dengan langkah tidak berminat
‘Untuk apa kita kesini
sebenarnya—kita bisa melakukannya di tempat lain bukan di tempat berdebu dan
tua seperti ini…’ keluh Atem merasa jijik melihat ruangan yang penuh debu dan
tidak terawat ini
Laksmi mengembungkan
pipinya ‘Kau sama sekali tidak mengerti, tunggu dan lihat saja apa yang akan
terjadi nanti sebelum kau memprotes…’
Tak lama kemudian
ruangan menjadi gelap gulita dan perlahan dari pantulan kaca yang ada di atas
atap, semua pemandanga langit malam kini terpantul dengan sempurna ke seisi
ruangan, membuat serasa seseorang berada di tengah-tengah langit yang luas dan
dipenuhi oleh bintang-bintang. Atem tercengang tidak percaya sementara Laksmi
tersenyum senang.
‘…Sudah kubilang kan,
ini tempat yang special untuk melihat bintang di malam hari…’ ucap Laksmi ‘Aku
sudah lama tidak kesini…’ tambahnya lagi menatap bintang-bintang
‘…Kau… sebenarnya
siapa…’ tanya Atem menaikan sebelah alis
Laksmi tertawa pelan ‘Bukankah
sudah kubilang—Aku ini Dewi Musik, Laksmi… kenapa kau bertanya hal seperti itu
kepadaku lagi…’
Tapi Atem tahu ada
sesuatu yang disembunyikan oleh Laksmi, mengingat nada bicara yang ia gunakan
sebelumnya—sepertinya ia tahu banyak tentang tempat ini dan sengaja membuatnya
untuk datang kemari melihat pemandangan bintang-bintang di malam hari.
