Last
Night On Earth
.
Lucas
Anthonius & Lorrie Lucyana
.
/Special song peformed by Delta Goodrem/
.
Written:
01-11-12/ Litte Yagami Osanowa/Fully-Edited!?
.
It’s a last night on
earth…
Before the great
divide…
My hand shaking..
Time was never on our side…
There’s no such thing
as a beautifull goodbye…
As an ordinary day, I
pray for you a thousand times…
Dinginnya malam saat itu sanggup membuat makhluk
apapun menggigil kedinginan, seorang gadis berambut coklat panjang tergerai
hingga mencapai lututnya berdiri di balkoni kamar dan sama sekali tidak
mempedulikan angin dingin tersebut mulai menyelimuti seluruh tubuhnya yang saat
itu hanya terbalut oleh gaun putih panjang yang tipis.
Ia menggenggam erat kedua tangannya di depan dadanya
yang sejak tadi terus bergetar entah karena udara dingin ayingni atau sesuatu
yang lain di dalam pikirannya, mata Emerald-nya yang sayu melihat pemandangan
yang ada di hadapannya lekat-lekat seakan ia merasa ia tidak akan bias melihat
pemandangan seperti ini untuk yang kedua kalinya.
“Apa yang sedang kau lakukan?” ucap sebuah suara
Perlahan gadis itu menoleh kebelakang mendapati
sesosok pemuda yang kini sedang memandangnya, rambutnya yang berwarna Orange
dipadu dengan mata Merah Safir yang memukau dan Pakaian kebesaran yang ia
kenakan saat itu membuatnya telihat begitu gagah dan mempesona ditambah dengan
wajah dingin dan tenang miliknya menambah kuat aksen cool yang ia punya.
“Ah, Tidak… Aku hanya sedang menikmati pemandangan
di luar..” ucap gadis itu sambil tersenyum kecil menjelaskan “…Pemandangan
malam ini sangat indah sekali, jadi mataku tidak bisa berhenti memandanginya…”
tambahnya
“Cih, Dasar bodoh… Untuk apa kau memandangi hal
tidak berguna..” ucapnya dingin “Kau hanya akan menyia-nyiakan waktumu saja
dengan hal seperti itu…” tambahnya dengan ekspresi yang datar
Dilain pihak, gadis itu hanya menatap Mata Safir itu
dengan lembut “Entahlah, hanya saja aku merasa—akan sayang sekali rasanya kalau
aku sampai melewatkannya, dan… Aku rasa aku tidak akan bisa lagi melihat
pemandangan seindah ini untuk yang kedua kalinya…” ucap gadis itu menjelaskan
Pemuda itu hanya mendesah kemudian berjalan
menghampiri ranjang besar berukuran king-size
yang ada di tengah ruangan, Ia duduk di pinggir ranjang tersebut “Hal konyol
apa lagi yang sekarang sedang kau pikirkan, Lorrie…” komentarnya kemudian
melepas jubah yang ia kenakan sebelum kemudian ia melemparnya tidak
mempedulikan kemana jubah itu berakhir nantinya “Apa kau ingin mengatakan bahwa
kau hanya akan hidup sampai malam ini saja? Begitu maksudmu—dan untuk
membuatnya jelas, kau ingin mengatakan bahwa ini adalah malam terakhirmu untuk
hidup di dunia ini…” tambahnya
“Tapi—“ ucap gadis itu yang dipanggil dengan nama ‘Lorrie’
oleh pemuda itu “Lucas…” ucapnya pelan menggantungkan kalimatnya
Pemuda yang dipanggil ‘Lucas’ itu menoleh dan
mengangkat kepalanya menatap gadis itu “Hn..” gumamnya menunggu kelengkapan
kalimat yang ingin diucapkannya
Gadis itu menarik napas dalam-dalam sebelum ia mulai
melanjutkan kalimatnya “Bagaimana kalau itu benar—Maksudku, Bagaimana kalau
misalnya hari ini adalah hari terakhirku—Bagaimana kalau aku pergi?” ucapnya
dengan nada sedih
Pemuda itu menghela napas kemudian memutar bola matanya seakan ia tidak
mempedulikan perkataan yang tadi keluar dalam ucapan gadis itu barusan “Kau
tahu kita itu immortal, baik Vampire
sepertimu dan WareWolf sepertiku—Kita tidak akan bisa mati, Kita juga tidak
akan pernah bisa bertambah tua seiring dengan berjalannya waktu..” ucap Pemuda
itu “Lagipula, untuk apa kau memusingkan hal yang presentasinya terjadi hanya
0%.. Ditambah lagi apa maksudmu menanyakannya?”
Gadis itu hanya menggeleng berusaha menutupi perasaannya
yang sedikit kecewa mendengar jawaban dari Pemuda itu yang sama sekali tidak
merasa peduli dengan ucapannya tapi ia berhasil tersenyum sedikit untuk
menutupi perasaannya yang sebenarnya “Bukan apa-apa…” ucapnya kemudian berjalan
menghampiri ranjang dan duduk di sisi lain ranjang
Si Pemuda tidak mengatakan apa-apa, Ia merebahkan
dirinya di ranjang yang empuk itu dan perlahan berniat memejamkan matanya
tetapi sebuah suara mengusiknya yang ingin segera terlelap untuk beristirahat.
“Lucas—Apa kau akan menangis kalau suatu saat nanti
aku sudah tidak ada di sisimu?” Tanya gadis itu lagi
“Untuk apa aku menangis—Apa kau pikir aku mau
melakukan hal yang memalukan itu…” jawabnya
“Well—Sepertinya Pangeran WareWolf kita yang satu
ini sama sekali tidak memiliki sisi lembut untuk ditunjukkan…” goda Gadis itu
pada si Pemuda berhati Es disampingnya
“Jangan menggodaku, Lorrie..” ucapnya “Untuk apa aku
memiliki sisi lemah seperti itu—Hal itu sama sekali tidak diperlukan…”
tambahnya
Si Pemuda menutup matanya dan mencoba untuk
melelapkan dirinya kea lam mimpi sementara Si Gadis itu tersenyum melihat wajah
tidurnya yang terlihat sangat manis walaupun kepribadian orang itu sama sekali
tidak sesuai dengan wajahnya yang tampak sangat damai ketika ia tertidur.
“….Aku akan selalu mencintaimu, Lucas…” ucapnya
pelan
Si Pemuda yang saat itu sama sekali tidak sadar
hanya bergumam lantaran sudah terlalu dalam terjatuh kea lam bawah sadarnya
“…Aku tahu…” gumamnya kemudian membalikkan badannya sehingga ia membelakangi Si
Gadis yang hanya tersenyum kecil mendengar jawabannya itu.
It’s never enough…
No matter how many
times…
I tell you ‘This is
Love’…
Flash
to The Past
Sudah 3 Abad lamanya perang besar yang tiada
akhirnya ini berlangsung dan selama itu juga keduanya sama sekali enggan untuk
mengakui kekalahan dan mereka sama sekali tidak mau berdamai satu sama lain
berpikir bahwa jalan satu-satunya untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah
berlangsung lama ini adalah dengan berperang—Sungguh keputusan yang sangatlah
fatal.
Entah apa yang
menyebabkan mereka berperang hingga saat ini dan belum diketahui pula alasan
terjadinya perang ini—Klan Vampire dan Klan WareWolf, entah sampai kapan kedua
belah pihak berbeda ini mau mengakhiri segalanya dengan cara berdamai satu sama
lain; Maka dari karena itu, Ketua Dewan yang mengatur jalannya seluruh Klan
yang tersebar di beberapa daerah di belahan dunia ini yang merasa bahwa
Peperangan antara kedua belah pihak ini harus segera diakhiri akhirnya
mengambil keputusan mutlak untuk membuat keduanya berdamai dengan mengadakan
suatu ‘perjanjian’.
Tentu saja ‘perjanjian’ itu bukanlah perjanjian
biasa, Tidak seperti dekrit perdamaian yang ditulis oleh para menteri untuk
berdamai—Hello, kau pikir bias mengatur 2 Klan tersebut hanya dengan secari
kertas?—Tentu tidak, Ketua Dewan akan mengadakan ‘Perjanjian Mutlak’ diantara
keduanya dengan ‘Perjanjian Darah’ antara salah satu pihak—Dalam arti di dunia
Manusia, bias dikatakan Ketua Dewan menghendaki kedua Klan itu menjalin
hubungan lewat ‘Penikahan’ antara salah satu Klan mereka dengan Klan pihak lain
yang sudah ditentukan.
Awalnya kedua belah pihak menolak utusan yang
dikirim oleh Ketua Dewan tersebut namun setelah meikirkannya lebih dalam
lagi—Mungkin ada baiknya mereka mencoba hal ini, Lagipula mereka juga sudah
lelah hidup yang selalu dibayang-bayangi oleh peperangan yang berlangsung dan
menanggung kesedihan juga kepedihan yang mereka alami selama perang
berlangsung.
Setelah semuanya disepakati, Maka diadakanlah sebuah
Pesta yang sangat megah untuk menyambut upacara pengikatan kontrak tersebut.
Dari Klan Vampire, Lady Lorrie Lucyana bersedia menerima upacara tersebut,
terlihat wajahnya yang tersenyum ketika ia dituntun di depan altar untuk
menghadapi pasangannya kelak yang sudah dicalonkan oleh Klan WareWolf untuk
mengikuti upacara ini—Di depan Altar dimana seorang Pemuda berpakaian kebesaran
berwarna putih dengan hiasan berwarna emas yang menghiasi bajunya, Pemuda itu
menoleh dan menatap gadis Vampire itu yang kini sedang berjalan
menghampirinya—Tatapan mereka saling bertemu dan disaat itu juga entah kenapa
apa yang dirasakan oleh Lorrie sehingga merasa dirinya begitu tenggelam di
dalam tatapan mata Merah Safir itu yang menatapnya intens.
“Di Malam yang indah saat ini, dimana semuanya
berkumpul bersama untuk menyaksikan kedua pasangan ini saling mengikat janji
mereka antara satu dengan yang lainnya—Semoga diantara mereka akan terjalin
hubungan yang harmonis dan perdamaian di kedua belah pihak…” ucap seorang
utusan yang ditugaskan untuk menjadi saksi penyelenggaraan perjanjian itu
“Pangeran Lucas Anthonius dan Putri Lorrie Lucyana, demi mengukuhkan janji
kalian di masa depan nanti.. Kalian berhak menyampaikan sumpah yang akan kalian
lakukan antara satu sama lain..” ucapnya
Keduanya kini saling berhadapan satu sama lain,
Pangeran itu—Lucas namanya, Ia memulai untuk mengucapkan sumpahnya di depan
hadapan Sang Putri “Aku, Lucas Anthonius dengan ini menyatakan aku akan
bersumpah untuk selalu mempercayaimu apapun yang terjadi dan aku bersumpah
untuk selalu melindungimu saat sesuatu terjadi padamu..” ucapnya dengan lancar
menatap mata Emerald yang ada di depannya
Lorrie tersenyum—baru kali ini ia mendengar sebuah
sumpah yang bias dengan begitu lancarnya bias diucapkan oleh Pangeran Lucas
kemudian membuka mulut untuk mengucapkan sumpah miliknya “Aku, Lorrie Lucyana
bersumpah kepadamu Pangeran Lucas Anthonius, Aku akan selalu berada di sisimu,
Aku akan selalu ada di sampingmu meskipun dalam keadaan sehat ataupun sakit—Aku
akan selalu mencintaimu sampai akhir hidupku dan aku berjanji kepadamu, bahwa
aku akan selalu mempercayaimu apapun itu..”
Selesai mengucap
sumpah, keduanya diberikan sebuah cawan berwarna emas dengan sebilah pisau
disampingnya—WAIT! Mereka mau apaan? Bawa Cawan sama pisau??—Ini adalah salah
satu bagian dari Upacara yang akan mereka lakukan, Lucas menarik lengan bajunya
kemudian mengambil pisau tersebut dari tempatnya dan dengan santainya Lucas
menyayat nadi lengannya sehingga membuat darah menetes keluar dengan derasnya
melalui sayatan tersebut.. darah tersebut mengalir dan menetes pada Cawan
tersebut—Lorrie hanya bisa menggigit bagian bawah bibirnya akibat bau darah
yang dimiliki oleh Pangeran WareWolf tersebut, rasanya begitu menggoda dan
menggelitik tenggorokannya membuatnya ingin mencobanya sedikit saja.
Merasa sudah cukup
darah yang menetes menuruni cawan tersebut, Lucas menaruh pisau itu kembali
kemudian menutup luka yang ada di tangannya kemudian dengan seketika luka
sayatan yang dalam itu segera menutup dan sembuh seketika dan kini cawan
tersebut di tunjukkan ke hadapan Lorrie—Mengikuti apa yang dilakukan Lucas
barusan, Lorrie mengambil pisau itu kemudian menyayat nadi di tangannya
sehingga darahnya kini menetes menuruni cawan menjadi satu dengan darah Lucas
yang ada di dalam cawan.
Kini cawan tersebut
sudah terisi oleh perpaduan darah diantara keduanya, (a/n: Don’t be disgusted) Lucas meraih cawan tersebut sebelum kemudian
meneguk setengah dari isi cawan tersebut layaknya ia sedang meminum Wine
setelah itu ia meletakan cawan tersebut yang kini diraih oleh Lorrie yang
kemudian meneguk habis isi cawan tersebut tidak tersisa—Ini membuktikan bahwa
kontrak sudah sepenuhnya terjadi diantara keduanya, disebut perjanjian darah
karena kedua pasangan mengumpulkan darahnya diatas sebuah cawan yang kemudian
campuran antara kedua darah tersebut diminum oleh keduanya hingga habis,
membuktikan bahwa dengan begini baik hati maupun seluruh bagian yang mereka
miliki telah sepenuhnya dimiliki perjanjian ini dilindungi kekuatan yang sangat
kuat sehingga merupakan perjanjian yang sangat mutlak yang sama sekali tidak
bisa dibatalkan apapun kosekuensinya. (a/n: Author speechles)
Kemudian, keduanyapun
melangkah pergi meninggalkan altar karena semua sesi upacara sudah mereka
lewati dan kini mereka sudah resmi menjadi pasangan suami-istri (meskipun ras
berbeda~), Ketua Dewan sudah secara khusus menetapkan tempat dimana keduanya
tinggal kelak yaitu di tengah-tengah perbatasan antara dua Klan tersebut,
Mereka akan tinggal disebuah Puri megah yang dibangun khusus untuk mereka.
Lucas Anthonius juga kini menjadi pemimpin utama dari kedua belah Klan
tersebut.
Kedua pasangan tersebut memasuki rumah baru mereka,
sepanjang perjalanan mereka berdua hanya berdiam diri saja—Tidak ada yang
membuka mulut untuk memulai pembicaraan, suasana yang sunyi diantara keduanya,
Lucas memasuki kamar baru miliknya sementara Lorrie mengikutinya dari
belakang—Lorrie memandangi punggung pemuda itu yang membelakanginya, sepertinya
ia ingin sekali mendengar satu patah kata yang diucapkan Lucas padanya.
“Dengarkan baik-baik perkataanku karena aku tidak
mau mengulanginya untuk kedua kalinya..” ucap Lucas yang berdiri di depan
jendela kaca yang sangat besar tidak melirik kearah Lorrie yang ada di
belakangnya—Lorrie bisa merasakan adanya sesuatu di dalam ucapan tersebut
bersiap untuk mendengar lanjutan yang akan dikatakan oleh Lucas
“Meskipun kita sudah menikah—mengikat kontrak dengan
perjanjian darah, Meskipun kau sudah menjadi Istriku—atau apapun itu sebutanmu
saat ini…Aku masih tidak akan pernah bisa mempercayai seorang Vampire sepertimu
dan jangan ingatkan aku tentang sumpah yang sudah ku katakana di depan Altar—karena
aku sama sekali tidak bersungguh-sungguh mengatakannya..” tambahnya dengan
ekspresi datar
Lorrie hanya bisa menundukkan kepala—Ia tahu bahwa
ini pasti akan terjadi, berusaha menjadi tegar iapun berusaha menjawab
pernyataan yang dilontarkan Lucas barusan “—Aku mengerti…” ucapnya pelan
“Kalau kau sudah mengerti, kenapa kau mau mengikuti
perjanjian ini—Apa kau ingin membuat kesalahan yang sama seperti yang dulu
Klan-mu lakukan?—Vampire seperti kalian ternyata licik juga…” ucap Lucas
“Bukan seperti itu!!” bantah Lorrie mengepalkan
tangannya “Memang benar—Klan kami yang bersalah, Klan kamilah yang menyebabkan
perang ini dimulai—Tapi Pangeran Lucas, Aku tidak setuju dengan apa yang kau
katakan barusan, Aku mengikuti perjanjian ini atas kemauan diriku sendiri…”
jawabnya
“Begitu—Lalu apa tujuanmu mengikuti perjanjian ini,
Putri Vampire..”
Lorrie menelan ludah “Karena aku ingin membuat kedua
Klan menjadi satu dan tidak akan ada lagi pertumpahan darah juga persengketaan
diantara keduanya—Aku, sudah bersumpah padamu di depan Altar dan aku tidak akan
pernah melanggah sumpahku..”
“Cih—Jadi kau berpikir hanya dengan perjanjian ini
kau bisa membuat kedua Klan berdamai?” ucap Lucas “Kau sungguh pintar
menghayal…”
“A—Bukankah Ketua Dewan berkata kita bisa membuat
persengketaan kedua Klan mereda dengan melakukan perjanjian ini, Jadi aku
berpikir kalau—!” ucapannya terputus
“Apa kau berpikir semua itu akan benar-benar
terjadi! Semua ini hanyalah tipuan!!—Memang benar Perang akan berhenti, tapi
hanya untuk sementara sampai Klan-mu melanggar kontrak ini! Sejak awal—memang
seharusnya Klan WareWolf dan Vampire saling bertarung karena mereka tidak akan
pernah bisa dipersatukan dengan kontrak apapun!!” sahut Lucas dengan nada
amarah yang menyelimuti setiap perkataannya
“Kau salah—WareWolf dan Vampire tidak harus
bertarung—Mereka bisa bersatu dan berdamai, Aku percaya itu dan karena itulah aku berada disini.. Aku akan
memastikan hal itu akan terjadi, dimana Klan Vampire dan WareWolf pada akhirnya
akan saling berdampingan layaknya sahabat dekat dan bersatu…” tutur Lorrie
Lucas mendesah kemudian berbalik menatap Lorrie
dengan tajam sementara gadis itu hanya terdiam menatapnya, “Apapun yang kau
katakan itu, tidak lebih dari sebuah khayalan yang sia-sia..” ucapnya kemudian
melangkah pergi melewati gadis itu
“Lucas.. T—!” belum sempat Lorrie mencegahnya untuk
pergi, Lucas sudah menghilang pergi entah kemana meninggalkan dirinya di dalam
ruangan besar itu sendirian, entah karena tidak sanggup lagi untuk berdiri
ditempatnya Lorrie terduduk di lantai sambil menundukkan wajahnya yang menatap
dengan sedih lantai, air mata mulai mengalir menuruni pipinya “…Aku tidak
berbohong… Aku bersungguh-sungguh mengatakannya…” ucapnya pelan
Setelah itu, meskipun keduanya sudah resmi menikah—Mereka sama sekali tidak pernah
berinteraksi satu sama lain, Lucas sama sekali tidak menghiraukan Lorrie dan
memandangnya tidak ada—Ia mengacuhkan gadis itu, mengabaikannya dan bahkan
disaat mereka berada di public, keduanya selalu berada di sisi yang berbeda.
Lorrie di lain pihak, Ia selalu mencoba untuk
mendekati Lucas, mencoba untuk membuktikan keberadaannya meskipun tanggapannya
selalu saja dianggap angin lalu oleh Lucas—Ia sama sekali tidak pernah
menyerah, kemanapun Lucas pergi ia selalu mengikuti disisinya—Tak pernah
terpikir olehnya untuk meninggalkan sisi Lucas, bukan karena hanya ingin
memenuhi sumpah yang dulu ia ucapkan—Tapi ada sesuatu yang lain di dalam hati
Lorrie yang merasa ia sudah cukup nyaman meskipun keadaannya seperti ini.
Karena sejak pertemuannya di Altar itulah yang sudah mengubah segalanya.
Flash
to The Past END
If tomorrow never come…
I want you to know
right now that i…
I always love you until
the day I die…
Perlahan Lorrie membuka matanya dan memandang
langit-langit ruangan, Ia menghela napas—Mimpi.. semua yang tadi ia lihat
hanyalah Mimpi dari masa lalunya dimana ia berusaha keras untuk mendekati Lucas
hingga sekarang, Meskipun sudah 4 tahun lamanya mereka menikah—Hanya sedikit
saja hasil yang bisa di dapatkan oleh Lorrie, meskipun begitu ia merasa hal ini
tidak sia-sia.. Ia merasa akan ada harapan baru yang muncul di dalam hatinya
kalau seandainya saja ia berhasil—Sejauh ini, Lorrie dapat menyimpulkan bahwa
Lucas bukanlah tipe orang yang semudah itu membuka isi hatinya pada orang lain,
Lucas tidak pernah menunjukkan sisi lembutnya pada siapapun kecuali
saudaranya—Ia selalu saja bersikap dingin dan menunjukkan ekspresi yang datar
karena ia tidak ingin menunjukkan sisi lemahnya terhadap siapapun.
Lorrie menoleh kesampingnya, memandangi postur tubuh
Lucas yang membelakanginya. Lorrie sendiri hanya bisa mengagumi Lucas dari
balik layar saja—mengingat ia sama sekali tidak ingin berada di dekatnya,
meskipun begitu terkadang ada saat dimana Lucas bersikap baik kepadanya.
Seperti saat ia ikut membantu merawat Para keluarga di Klan WareWolf yang
terserang wabah penyakit yang belum diketahui asal usulnya—Saat itu jumblah Tim
Medis yang dikumpulkan sangatlah sedikit dan mereka tidak akan bisa menanggung
banyak sekali pasien yang berjatuhan, Lorrie sendiri dengan sukarela mengajukan
usulan agar dirinya juga ikut serta di dalamnya, awalnya Lucas tidak
berkomentar apa-apa—Tapi Lorrie, berusaha keras di dalam pekerjaannya hingga ia
bisa membantu banyak korban hingga mereka yang merasa tertolong sangat
bersyukur kepada bantuan yang diberikan oleh Lorrie sendiri. Lucas yang saat
itu datang ke lokasi untuk mengecek keadaan mendapat kabar dari penduduk
setempat tentang betapa hebatnya ia yang sudah menolong hampir seluruh penduduk
yang kesakitan—Lorrie yang saat itu sudah selesai membereskan peralatannya dan
berniat untuk pulang bersama dengan rombongan bertemu dengan Lucas ayng
ternyata menepuk pundaknya dengan lembut sambil membisikkan ‘Kerja yang bagus’
padanya sebelum kemudian berlalu, meskipun hanya kata-kata yang singkat seperti
itu, Lorrie sudah merasa senang mendengarnya. Ia merasa, Lucas mulai sedikit
demi sedikit mengakui dirinya.
“… Kau belum tidur juga..” gumam Lucas tiba-tiba
membuat Lorrie sedikit kaget menyadari bahwa daritadi Lucas yang ia kira sudah
terlelap ternyata masih membuka matanya dan menyadari keberadaanya
“Aku tidak bisa tidur…” jawab Lorrie pelan dan
perlahan ia mengulurkan tangannya menyentuh punggung Lucas “Bagaimana denganmu
sendiri?” tanyanya
Lucas berdeham sebelum ia kemudian membalikkan
tubuhnya menatap langit-langit kamar sebelum kemudian membuka mulutnya untuk
menjawab “…Ada suara yang berisik sehingga aku terbangun sejak tadi..”
“Benarkah?—Tapi aku sama sekali tidak mendengar
suara apapun daritadi…” jawab Lorrie
“Mungkin pendengaranmu yang bermasalah…” balasnya
Lorrie hanya tersenyum kecil—Lucas memang tidak bisa
mengatakan hal yang sejujurnya pada perkataannya, Ia menutupinya dengan sifat
Egois dan Keras kepalanya itu padahal jauh di dalam lubuk hatinya—Lorrie bisa
merasakan bahwa Lucas adalah pemuda yang penuh kasih.
Perlahan Lorrie mendekatkan dirinya pada Lucas
hingga jarak yang memisahkan keduanya hanya sebatas garis kecil saja, Lorrie
menyandarkan kepalanya di dada Lucas yang hangat menggunakannya layaknya bantal
dan perlahan menutup matanya dengan tenang dan nyaman ia berada disisi Lucas—Ia
sangat menyukai aroma dari Lucas, bau mint yang sangat segar mengingatkannya
pada saat perjanjian darah itu berlangsung, Apapun yang terjadi ia tidak ingin
berpisah dengan bau mint ini.. ataupun… dari Lucas sendiri.
“Bolehkah kali ini saja…” ucap Lorrie memulai “Aku..
tidur di sisimu, Lucas…” pinta Lorrie sambil mengenggam erat kemeja warna putih
yang dikenakan Lucas saat itu seakan ia tidak mau dipisahkan dengannya.
Lucas menghela napas kemudian dengan perlahan ia
mengulurkan tangannya dan dengan lembut ia mengelus rambut coklat milik Lorrie
yang tergerai itu. “…Pastikan kau tidak merusak kemejaku..” ucapnya
Memikirkan pernyataan tersebut sebagai pernyataan
iya, Lorrie tidak perlu lagi berbasa-basi.. Ia langsung memejamkan matanya
untuk tertidur dengan nyaman.
Lucas dilain pihak masih membuka matanya—Tidak
seperti biasanya ia bersikap seperti ini, Kenapa mendadak ia setuju saja dengan
membiarkan Lorrie berada di dekatnya dan memeluknya seperti ini dan ditambah
lagi, apa yang sedang ia pikirkan mengelus rambut Lorrie? Bukankah ia pernah
mengatakan bahwa meskipun mereka sudah resmi tinggal bersama, Ia tetap akan
menganggap Lorrie sebagai musuhnya—Tidak kurang ataupun lebih. Lalu, Apa
mungkin sekarang pemikirannya tentang Klan Vampire yang sangat dibencinya itu
sudah berubah seiring dengan berjalannya waktu?
Perlahan Lucas melirik kearah Lorrie yang kini
sedang tertidur dengan lelap disampingnya—wajahnya terlihat begitu tenang dan
seulas senyum terukir di wajah gadis yang tertidur itu. Apa yang kau pikirkan
sekarang, Lucas?—Ia yang selalu menjauhkan dirinya dari gadis Vampire itu kini
dengan tenangnya ia membiarkan gadis itu mendekatinya; Entah apakah ia mulai
lelah dengan permainannya sendiri?
“Hmm—Kau masih belum tertidur, Lucas?” Tanya Lorrie
yang kini sudah membuka matanya menyadari Lucas masih belum tertidur
Lucas hanya menatap mata Emerald gadis itu “Kau
pikir aku bisa tidur dengan posisi seperti ini..” balasnya
Lorrie hanya tersenyum menanggapinya dan semakin
merapatkan diri dengan Lucas “Mhmm.. Tapi aku bisa tertidur sepanjang hari
seperti ini…”
“Kau pikir aku mau berada disini sepanjang hari
sebagai bantalmu..” jawab Lucas memutar bola mata “—Cepat tidur, Aku harus
pergi besok..” perintahnya
Lorrie menaikan sebelah alis penasaran “Pergi?—Kau
akan pergi kemana??” tanyanya
Lucas hanya mendesah “Apa sekarang menjadi urusanmu
kemana aku pergi, huh?” sahutnya kemudian menjawab “Ketua Dewan memintaku
menghadiri Rapat penting besok..”
“Apa terjadi sesuatu?” Tanya Lorrie khawatir
Lucas hanya berdeham “…Tidak tahu, Lagipula bukan urusanmu
untuk merasa khawatir..” sahutnya
If Tomorrow wasn’t
sleep…
Can you hold me first…
I’m gonna love you like
it’s the Last Night on Earth…
Tak terasa matahari sudah menunjukkan dirinya
menandakkan bahwa hari sudah pagi membuat para makhluk lainnya mulai bersiap
untuk memulai hari baru mereka—Terutama Lucas yang kali ini sedang sibuk
untuk mempersiapkan keberangkatannya ke
tempat Ketua Dewan untuk rapat penting sementara di lain pihak Lorrie hanya
dapat terduduk diam di sofa melihat sosok Lucas yang kini sedang sibuk
mebicarakkan sesuatu kepada adiknya, Elrick Anthonius yang saat itu sedang
sibuk bertukar pendapat satu sama lain. Tanpa sepengetahuan Lucas ataupun
Elrick, Lorrie diam-diam memperhatikan keduanya dengan tatapan yang terfokus
kepada Lucas—wajah serius yang ditunjukkannya itu entah kenapa sangatlah cocok
dengan Lucas sehingga membuatnya sangat terpikat padanya, Lorrie begitu sibuk
memperhatikan Lucas sehingga ia tidak menyadari bahwa Elrick sudah beranjak
pergi meninggalkan kini Lucas yang berdiri di depannya yang kemudian menoleh
menatapnya.
“Apa yang kau perhatikan sejak tadi?” ucapnya
memulai membuat lamunan Lorrie menjadi buyar karena perkataannya.
Lorrie menatap Lucas yang kini sedang menunggu
perkataannya, berusaha menutupi akhirnya ia menggeleng “Tidak—Bukan apa-apa..”
jawabnya pelan
“Hemph—Kau pikir aku bodoh sehingga aku tidak
mengetahui kalau sejak tadi kau menatapku dengan wajah seperti itu..” jawab
Lucas “… Baiklah, sekarang apa yang kau inginkan? Aku bisa lihat kau
menginginkan sesuatu..”
“…” Lorrie terdiam tidak menjawab lantaran ia
bingung apa yang harus ia katakana kepada Lucas—Apa yang ia inginkan? Apa Lucas
akan memberikannya kalau dia memberitahunya?
Merasa ia sudah membuang-buang waktu menunggu
jawaban dari Lorrie akhirnya Lucas mendesah “Ck..Terserah, Aku harus pergi
sekarang—!” ucapannya terhenti karena tangan Lorrie kini menarik lengannya
seperti mencegahnya untuk pergi saat itu juga, dengan malas Lucas menoleh
kearah Lorrie “…Sekarang, Apa lagi yang ingin kau katakan?..”
“Apakah kau akan memberikannya kalau kuberitahu apa
yang sebenarnya kuinginkan…” tanya Lorrie hati-hati
Lucas menaikan alis—memang seberapa penting hal yang
ingin diminta oleh Lorrie darinya?
“…Tergantung dari apa yang kau inginkan…” jawab
Lucas datar
Lorrie menatapnya dengan tatapan mata yang
bersungguh-sungguh “Kalau begitu…” ucapnya memulai menarik napas dalam-dalam
sebelum melanjutkan kembali ucapannya “… Bolehkah… Bolehkah aku.. me-menciummu…
Lucas…” tambahnya kemudian dengan suara pelan
Mata Merah Safir milik Lucas langsung terbelalak
mencoba mengulangi apa yang barusan ia dengar dari mulut Lorrie di
sampingnya—Apa ia tidak salah dengar? Lagipula apa alasan Lorrie sebegitu
menginginkan untuk menciumnya?
Lorrie menatap Lucas dengan Emerald yang mengatakan
bahwa ia benar-benar menginginkan hal tersebut “Sejak di Altar itu.. kita hanya
pernah melakukannya sekali… karena itu aku… aku mau kita bisa melakukannya
seperti waktu itu..” jelas Lorrie
Tapi sebelum bisa membuka mulutnya untuk membalas..
“Semua persiapan sudah siap, Kak..” ucap Elrick “Apa
kita akan berangkat sekarang?” tambahnya
Lorrie yang merasa bahwa kini apa yang ia katakan
kecil kemungkinanya untuk terwujud segera melepaskan genggaman tangannya dan
menundukkan wajahnya merasa hal yang ia lakukan sangatlah bodoh dan sama sekali
tidak berguna bahkan setelah dicoba—Lucas menoleh ke arah Lorrie kemudian
menghela napas sebelum kemudian menatap Elrick—kini yang Lorrie pikirkan adalah
bahwa Lucas yang mengucapkan bahwa ia akan berangkat secepatnya kemudian
pergi…Tapi—!
“Pergilah—Katakan aku akan menyusul sebentar lagi..”
ucap Lucas pada akhirnya
Lorrie sedikit terkejut mendengarnya—Kenapa ia
memilih untuk tetap tinggal? Sementara itu Elrick hanya mengangguk menyetujui
sebelum kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan menuju gerbang dimana
semua pengawal dan yang lainnya sudah menunggu dan bersiap untuk berangkat.
Lorrie masih tidak bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi dan masih
terpaku di posisinya sementara Lucas kini sudah berdiri di depannya—Terlalu
sibuk dengan pemikirannya sendiri Lorrie tidak menyadari bahwa Lucas kini sudah
berlutut di hadapannya kemudian mengangkat dagunya sehingga pandangan keduanya
salaing bertemu.
Mata Safir itu sama sekali tidak pernah berubah
meskipun sudah 4 tahun ini terlewati dan tatapan terhadapnya masih bisa membuat
tubuh Lorrie bergetar akibat resonansi antara ikatan di dalam tubuh mereka yang
begitu kuat.
“… Kau dan Aku masih memiliki urusan yang belum
terselesaikan…” ucap Lucas setengah berbisik
“….” Lorrie hanya bisa terdiam tidak tahu harus
mengatakan apa, sungguh sudah lama sekali ia tidak pernah merasakan hal ini—hal
yang selalu membuatnya terpaku lemah dan tidak berdaya hanya dengan betatap
sedekat ini dengan wajah itu. Wajah yang dulu membuatnya rela melakukan apapun
demi di anggap ada disisinya, hingga ia tidak mempedulikan seberapa sakitnya
rasa ketika ia harus terjatuh ke jurang yang dalam dan berusaha untuk naik ke
atas pemukaan kembali—hanya Lucas Anthonius, Sang Pangeran WareWolf,
Suaminya—Hanya ia seorang yang bisa membuat Lorrie Lucyana terlena dibuatnya
hingga sekarang.
Perlahan, Lucas mendekati wajahnya di depan wajah
Lorrie hingga jarak wajah mereka hanya sebatas helaian rambut saja—Aroma Mint
dan juga nafasnya yang lembut ini membuat pikiran Lorrie menjadi blank seketika
dan butuh waktu untuk menyadarkan dirinya ketika bibir dingin itu bersentuhan
dengan bibirnya sendiri di dalam sebuah kecupan yang manis—mesipun hanya
sebentar saja ketika Lucas menjauh kembali sebelum kemudian beranjak berdiri
dan tampak terlihat wajh Lorrie yang masih memerah sambil menatapnya dengan
Mata Emerald yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan
kepadanya.
“….” Lorrie terdiam dengan seribu bahasa
Lucas dilain pihak hanya menghela napas “…Dan
sekarang—Kau malah terlihat seperti orang bodoh dengan wajah seperti itu..”
komentarnya “Kau sendiri kan yang meminta ini—sekarang kenapa kau malah
menunjukkan ekspressi aneh seperti itu di depanku..” tambahnya
Lorrie yang kini sudah sadar dari keterkejutan serta
merasa sedikit kecewa kalau hal tadi hanya berlangsung sebentar saja diantara
mereka—Tapi meskipun begitu, ini sudah lebih cukup untuknya sekarang. Lorrie
tersenyum menatap Lucas “… Terima Kasih…” ucapnya pelan tapi cukup jelas untuk
Lucas mendengarnya
“Hn..” jawab Lucas singkat layaknya hal tadi hanya
merupakan hal sepele untuknya kemudian melangkah perlahan meninggalkan Lorrie
yang memandang punggungnya yang melangkah pergi
“…Lucas—“ ucapannya terpotong begitu Lucas
menghentikkan langkahnya hanya untuk menoleh kebelakang menatapnya—sepertinya
ia tahu apa yang ingin ditanyakan Lorrie padanya
“Terserah kalau kau menungguku…” ucapnya “… Aku akan
pulang sekitar senja…” tambahnya
Lorrie tersenyum “… Aku akan tetap menunggu
kepulanganmu…” sahutnya sedikit ceria
Lucas hanya bergumam saja dan lanjut melangkah pergi
melangkah pintu keluar—Lorrie kemudian membuka mulutnya lagi “… Aku akan selalu
menunggu kepulanganmu, Suamiku..” ucapnya sambil meletakkan jemarinya di
bibirnya sambil tersenyum bahagia.
A penny for your
thought…
A picture so it last…
Let’s knock down the
walls of immortality…
Waktu serasa berlalu begitu cepat hingga Siang hari mulai
tergantikan dengan Senja dimana matahari dan langit berwarna jingga menghiasi
langit—Lorrie masih menunggu kepulangan Lucas seperti apa yang ia katakan
barusan. Apapun yang terjadi ia akan selalu menunggu… Hari ini bukan seperti
hari yang biasa—Karena hari ini ia yakin sesuatu mulai berubah antara ia dengan
Lucas, sesuatu yang mungkin bisa ia harapkan menjadi kenyataan. Tetapi—
“…Aneh…” gumam Lorrie yang kini tengah terduduk di
ranjang dalam ruangannya—Suara yang hening menghantui seisi Puri, ini tidak
benar… ini bukan seperti yang biasanya… Lorrie bahkan tidak bisa merasakan
adanya para penjaga yang seelalu menjaga Puri ini baik Lucas pergi ataupun
berada di dalam—Keheningan yang mencekam ini membuat hati-nya serasa tidak
tenang “…Perasaan apa ini?—Aku, Aku harus melihat untuk memastikannya…” ucap
Lorrie beranjak berdiri kemudian keluar dari ruangannya.
Prang!!
Trang!
Sepanjang langkahnya Lorrie dapat mendengar suara
seperti ada pertempuran yang sedang terjadi—Penyusup? Tapi siapa? Tidak ada
satupun yang berani memasuki Puri ini yang memilik penjagaan begitu ketat, dia
bukan orang biasa—Lorrie mempercepat langkahnya dengan nafas berat hingga
akhirnya ia sampai di Ruangan utama, tepat di bawahnya Mata Emerald-nya
terbelalak tidak mempercayai apa yang ia lihat, sesosok pemuda yang ia kenal
mengenakan pakaian mewah berwarna biru dengan rambut hitam dan mata Onyx-itu
yang kini tengah melempar salah satu dari para penjaga yang mencoba untuk
menghentikannya.
“…R—RICK!!” ucap Lorrie tidak mempercayai siapa yang
ada di depannya itu
Rick Von Verlin—Adalah salah satu bangsawan ternama
di Klan Vampire sekaligus sahabat Lorrie semenjak mereka kecil, mereka begitu
akrab satu sama lain hingga akhirnya Rick mengakui ia memiliki perasaan
terhadap Lorrie namun gadis itu menolaknya mengatakan ia sama sekali tidak
memiliki perasaan special terhadapnya sebelum kemudian memilih untuk mengikuti
Perjanjian kontrak dengan Klan WareWolf—Ia tahu Rick merasa patah hati karena
penolakan itu tapi sedikitpun Lorrie tidak akan percaya bahwa Rick akan
membelot dari Klan hanya untuk menerobos masuk kedalam Puri ini dan membunuh
semua penjaga yang ada…
Rick menatap Lorrie sambir menyeringai kecil “Lama
tidak bertemu denganmu, Lorrie…”
“Apa yang kau pikir kau lakukan! Kenapa kau
melakukan semua ini! Kau—Kau tidak memiliki perasaan Rick!!” ucap Lorrie
“Justru kau yang tidak memiliki perasaan Lorrie!”
bantah Rick
Lorrie menatap Rick—Dia bukan Rick yang ia kenal,
dia mungkin memiliki wajah yang sama dengan Rick tapi yang ada di hadapannya
saat ini bukan Rick sahabatnya—Dia-Dia sudah berubah menjadi orang asing!
“Kau yang justru tidak memiliki perasaan
meninggalkan Klan-mu sendiri hanya untuk bersama Pangeran WareWolf itu!—Hanya
demi sebuah PERJANJIAN! Kau—Kau rela meninggalkan Klan-mu demi bersama Pangeran
yang tidak memiliki hati itu!” seru Rick “Padahal kau bisa saja menolak—KENAPA
KAU MALAH MENERIMANYA! Seharusnya kau bersama denganku Lorrie! Bukan
dengannya!!”
Lorrie mengenggam tangannya erat “KAU SALAH!!”
bantah Lorrie “Sejak awal aku sudah mengatakannya padamu kalau aku hanya
menganggapmu sebagai sahabat tidak kurang ataupun lebih—Aku mengikuti
perjanjian itu atas keinginanku sendiri! Aku tidak meninggalkan Klan-ku! JUSTRU
kau sendiri yang sudah meninggalkan Klan-mu Rick! Kau MENGHIANATI mereka!!”
Rick hanya mendecih tidak mempedulikan “ Kenapa kau
begitu peduli terhadap Pangeran WareWolf yang tidak mempunyai hati seperti dia!
Katakan padaku Lorrie—Apa gunanya kau menghabiskan hidupmu bersama dengannya,
dengan seseorang yang tidak akan mungkin mencintaimu..” ucapnya “Datanglah
kepadaku Lorrie—Kau akan bahagia bersamaku dibandingkan dengannya—Akan
kupastikan itu jika kau mau pergi bersamaku..”
Lorrie menggeleng “… Aku menolak tawaranmu, Rick…”
ucapnya dengan nada serius
Bukannya pergi, Rick tertawa perlahan sambil
menyeringai “Begitu—Aku sudah tahu kau akan menolaknya meskipun aku sudah
memintanya baik-baik.. Kalau begitu lebih baik aku melakukan cara lain untuk
membuatmu mau ikut bersamaku.. hmm.. Mungkin aku harus membunuh Pangeran
WareWolf yang som—!” ucapan Rick terputus
BUAGH!!
DHUAK!?
Tanpa mempedulikan apapun langsung saja Lorrie
melempar tubuh Rick menghantam pilar yang kemudian langsung rubuh seketika
akibat kekuatan yang dimiliki oleh Lorrie—meskipun ia seorang Lady, jangan
pernah menganggapnya remeh karena Lorrie merupakan 1 dari 3 kekuatan besar di
dalam Klan miliknya.
Dengan susah payah, Rick berusaha bangun dari
puing-puing yang menimpa tubuhnya tersebut kemudian memandang Lorrie dengan
geram sepertinya ia tidak terima dipermalukan seperti ini, sebelah tangannya
membersihkan darah yang menetes di bagian bawah mulutnya kemudian dengan mata
yang berubah menjadi merah ia berdiri di depan Lorrie sepenuhnya.
“Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Suami-ku satu
ujung jaripun!” ucap Lorrie dengan nada berbahaya yang belum pernah siapapun
dengar sebelumnya, mata Emeraldnya kini sudah mengikuti Rick yang muali
berwarna Merah menyala
Rick tertawa sadis mendengar ucapan Lorrie tersebut
yang ia rasa sangatlah lucu “Suami—Barusan kau bilang Suami, huh?” ucapnya “Apa
dia sudah memantraimu sampai kau seperti ini Lorrie—Kau sudah terlalu jatuh ke
dalam pesona orang sombong itu—!”
“SUDAH CUKUP!!” potong Lorrie dengan nada yang naik
beberapa oktaf “Aku sunguh-sungguh
mencintainya dan dia sama sekali tidak MEMANTRAI-ku dengan mantra apapun! Di
hatiku yang paling dalam aku hanya akan mencintai Lucas dan aku… TIDAK AKAN
PERNAH mau bersanding denganmu sampai kapanpun!”
Rick menggeram “Kau akan menyesal mengatakan semua
itu, Lorrie!”
Dan terjadilah pertempuran diantara keduanya, seisi
ruangan hancur akibat kekuatan keduanya yang sama-sama kuat. Rick berhasil
menghindar hampir dari seluruh serangan yang dilontarkan Lorrie untuknya
sementara dilain pihak Lorrie mulai kehabisan tenaga karena tidak mensortir banyaknya
tenaga yang ia kerahkan untuk melawan Rick. Menggunakkan hal ini sebagai
kesempatan, Rick melesat dengan cepat di belakang gadis itu dan kemudian
melemparnya hingga terpental mengenai pilar di depannya hingga pilar
tersebutpun juga rubuh sama dengan pilar-pilar yang lainnya—Lorrie tidak bisa
bangkit dari posisinya, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit dan tidak bisa
digerakkan dan tenaganyapun sudah hampir habis.
“Kenapa kau jauh memilih dia dibandingkan bersama
denganku Lorrie! Tidakah kau berpikir bahwa akulah yang selalu mencintaimu
sampai saat ini dan bukan DIA! PANGERAN BODOH-MU itu tidak pernah memberikkan
cinta kepadamu! UNTUK APA KAU SELALU MEMBELANYA!” tuntut Rick dengan penuh
amarah
Lorrie tidak bisa menjawab apa-apa, napasnya
tersengal-sengal dan tidak beraturan begitu juga pandangannya yang mulai
berkabut tidak bisa melihat jelas apa yang ada di depannya—Ia sama sekali tidak
berdaya saat ini, yang dikatakan Rick memang benar—Lucas sama sekali tidak
pernah mencintainya selama ini, tapi apakah hal itu akan membuatnya mau meraih
tangan Rick?—Tidak! Tidak! Tidak masalah meskipun Lucas selama ini tidak pernah
menyukainya ataupun mencintainya! Sedikitpun ia tidak keberatan—Karena, Karena
berada di sisinya apapun yang terjadi itu sudah cukup bagi Lorrie sampai saat
ini!
“Terserah
kalau kau menungguku…” suara Lucas yang saat itu
terdengar di telinganya “… Aku akan
pulang sekitar senja…”
Benar—Kalau mengingat kejadian yang terjadi tadi
pagi, Tidak ada alasan lagi untuk menjadi ragu apakah Lucas mencintainya atau
tidak, karena mungkin saja Lucas juga memiliki perasaan yang sama
dengannya—Harapan yang selama ini selalu menghiasi mimpinya…
Rick yang kini sudah bersiap untuk meninggalkan Puri
yang sudah di ketahui kemana tujuannya kelak—Ia bahkan sama sekali tidak
menyadari bahwa Lorrie dengan susah payah kembali berdiri kemudian dengan
kekuatan yang masih tersisa di dalam dirinya ia langsung menyerang Rick saat
itu juga.
“… Meskipun aku mati…” ucap Lorrie “Aku… Tidak akan
membiarkanmu pergi dari sini!! Akulah LAWANMU!!” ucapnya
“Cih~ Kalau itu maumu Lorrie…” ucap Rick “ MAKA AKU
TIDAK AKAN SUNGKAN-SUNGKAN MENGHABISIMU!!” lanjutnya sambil menyerang Lorrie
~The
Meeting~
Saat itu rapat sedang tengah berjalan dan sedikitpun
Lucas tampak tidak memperhatikan apa yang disampaikan di dalam rapat—entah
kenapa, pikirannya tidak tenang… seperti sesuatu yang buruk terjadi sampai
akhirnya seorang pengawal Dewan datang mengganggu rapat dengan wajah panic
bercampur horror.
“Ada apa ini?.. Apa yang terjadi sehingga kau
lancing mengganggu jalannya rapat?” tanya salah seorang bangsawan
“Ini… Ini berita GAWAT!!” serunya dengan wajah pucat
pasi
Lucas yang memperhatikan raut muka pengawal tersebut
sama sekali tidak menyukai apa yang akan selanjutnya dikatakan olehnya—dan..
“Bagaimana
kalau itu benar—Maksudku, Bagaimana kalau misalnya hari ini adalah hari
terakhirku—Bagaimana kalau aku pergi?” ucapan Lorrie malam
itu terngiang kembali di telinganya—Apa maksudnya ini?
Sebelum sempat pengawal tersebut meneruskan ucapannya,
Lucas beranjak berdiri dari tempat duduknya dan kini semua mata
memandanginya—Ia harus bisa memastikan sesuatu untuk perasaan aneh di dalam
dirinya ini, Ia harus kembali secepatnya karena ia merasakan sesuatu telah
terjadi…
“…Maaf, Aku harus pergi…” ucap Lucas singkat sebelum
akhirnya melesat pergi dengan cepat sementara yang lain tidak dapat
menghentikannya
“Kita harus cepat menyusul Pangeran Lucas! Dia dalam
bahaya besar!!” seru Pengawal itu
Elrick beranjak dari kursinya tidak percaya “Apa
maksudmu sebenarnya?”
“Rick—Bekhianat menentang Klan-nya sendiri dan ia
sudah menyerang Puri untuk membunuh Pangeran! Kabar itu yang baru disampaikan
oleh pengawal Puri yang selamat bisa melarikan diri..” jelasnya
Mata Elrick terbelalak mendengarnya “Kau—Apa!! B-Bagaimana
dengan Lady Lorrie? Apa yang terjadi dengannya?”
Si pengawal hanya menggeleng sebagai jawaban
sementara Elrick mengepalkan tangannya sebelum kemudian “Siapkan seluruh
pasukan terlatih SECEPATNYA!! Kita akan menuju ke Puri!” perintahnya
Your fingers on my
skin…
Only you can hear my
fear…
Only you can help me
heal…
I seek forever with you
here…
Dengan terengah-engah dan juga kecepatan yang sangat
tinggi akhirnya Lucas sampai juga di tempat tujuan—Puri dimana ia tinggal yang
kini sudah hancur hampir rata dengan tanah dan tubuh para pengawal yang menjaga
Puri yang bergeletakan tidak berdaya—Siapa yang sudah melakukan semua ini!
“Cukup lama juga menunggumu untuk datang sampai
kesini…” ucap sebuah suara di depannya yang ternyata adalah sosok Rick, dialah
dalang dari semua kekacauan ini..
Lucas menatapnya tajam dan menggeram dengan amarah
“Kau… Akan membayar mahal untuk semua ini..” geramnya
“Hahaha… Awalnya kedatanganku kesini hanya untuk
mengajak Lorrie ikut bersama denganku… Tapi dia malah menolak mentah-mentah
ajakanku…” ucap Rick memulai sambil berpangku tangan “…Sungguh Ironis sekali,
ya…” tambahnya
Lucas sedikit kaget dengan apa yang barusan Rick
ucapkan, Lorrie menolak ajakannya? Padahal ia pikir Lorrie akan menerima ajakan
Rick dengan mudahnya mengingat semua perlakuan yang sudah ia lakukan pada gadis
itu—Tapi, kalau Lorrie menolak ajakan itu—Shit! Pasti sesuatu sudah terjadi
padanya!
“Apa yang kau lakukan pada Lorrie!!” tuntut Lucas
dengan amarah yang berkecamuk
Rick menyeringai “Dia sendiri yang memintanya…dan
Aku sudah menghabisinya untuk sekedar info… Tapi tetap saja, sampai saat
terakhirnya ia lebih memilih untuk berada di pihakmu dibandingkan bersama
denganku—sungguh pathetic” jawab Rick
Lorrie—Lorrie lebih memilih berada di pihaknya
dibandingkan dengan Rick? Setelaha apa yang ia lakukan padanya? Setelah apa
yang ia katakan padanya? Ia tetap memilih berada di sisinya? Tapi kenapa—!
“Apa
hubunganmu dengan Rick…”
“Eh—?”
“Jawab
saja pertanyaanku…”
“Rick?—Kami
berteman akrab sejak kecil, kami selalu bermain bersama setiap saat juga
melakukan hal bersama bahkan keakraban diantara kami berdua sering membuat
semua Klan berpikir kami sepasang kekasih—!”
“Lalu,
kenapa kau tidak memilih bersama dengannya saja—Kau bisa pergi dari Puri ini
kalau kau mau itu…”
“…
Aku menolak …”
“Kau
gadis idiot yang lebih memilih menerima hal konyol ini dibandingkan dengan
kebahagiaanmu sendiri—Dia bisa memberikkan apa saja untukmu…”
“Tapi—Bukankah
kau sendiri juga sudah memberikkan banyak untukku, Lucas…”
“Ck—Lupakan
saja apa yang ku katakan barusan…”
“…
Tenang saja, Apapun yang terjadi aku akan selalu ada disampingmu dan
mendukungmu sepenuhnya kalau memang itu yang membuatmu penasaran..”
“…
Terserah…”
“Aku
bersungguh-sungguh, Lucas…”
Apa Lorrie benar-benar serius dengan apa yang ia
katakan padanya dulu—bahwa dia akan selalu mendukung dan berada di sampingnya?
Lucas mengepalkan tangannya geram, Gadis Idiot itu, kenapa ia melakukannya
sampai sejauh ini untuk membelanya?
“… Begitu…” ucap Lucas kemudian dengan cepat ia
menghilang hanya untuk muncul kembali di belakang Rick yang sama sekali tidak
menyadarinya dan kemudian menendang Vampire itu hingga tubuhnya menghantam
tanah “… Bukankah sudah kubilang kau harus membayar mahal setelah semua yang
kau lakukan…” lanjutnya
“Cih… Akan kubunuh Pangeran sombong sepertimu…” ucap
Rick yang bangkit kembali kemudian langsung menyerbu Lucas untuk menyerangnya
“Aku ragu kau bisa membunuhku…” sahut Lucas sinis
kemudian melesat menyerangnya
Kedua bertarung dengan sengit, Lucas dengan gerakan
yang gesit dapat menghindari serangan yang diberikan oleh Rick bertubi-tubi
kepadannya sedangkan Rick sendiri, ia sudah mulai kehabisan tenaga setelah
mengerahkan hampir setengah tenaganya untuk melawan Lorrie sebelumnya ditambah
lagi ia juga tidak dapat mengimbangi serangan yang dilontarkan Lucas kepadanya.
Seringaian licik mulai menghiasi wajah Vampire itu yang merogoh sakunya untuk
mengeluarkan sesuatu kemudian ia mengecoh Lucas
dan menggunakkan kesempatan itu untuk menyerang, Tetapi saying Lucas
yang berhasil menyadari trik-nya ini langsung mengelak dan membuat senjata yang
dibawa Rick berhasil melukai lengannya. Mengetahui hal itu, Rick tersenyum
puas.
“Ukh!..” erang Lucas menahan sakit sambil memegang
lengan kirinya setelah darah mulai keluar mengalir tanpa berhenti melalui
lengannya, ia memandang Rick di depannya “Jangan-Jangan—Kau..”
Rick tertawa penuh kemenangan “Ya, Ini terbuat dari
perak murni… senjata yang sudah dirancang khusus untuk membunuh WareWolf
sepertimu..” ucapnya sambil mengangkat senjata itu di tangannya
“Che, Sungguh rendah…” ucap Lucas “Ternyata kau
sangat lemah sehingga kau tidak memiliki cara lain untuk mengalahkanku…”
tambahnya sinis
“CEREWET!!” seru Rick yang kemudian menendang Lucas
hingga ia terbaring di tanah
Lucas sama sekali tidak berdaya saat ini—Terima
kasih karena senjata tersebut yang berhasil melukainya, Hanya dengan sekali
goresan saja seluruh tubuhnya serasa nyeri dan kaku untuk bergerak, senjata
yang sangat ditakuti oleh Klan-nya dan bahkan butuh waktu lama bagi system Imune
seorang WareWolf sepertinya untuk bisa pulih dari efek senjata tersebut… Ini
benar-benar menyedihkan, Kalau saja Ia bisa bergerak ia sudah pasti akan
menghajar Rick dan menuntaskan semuanya sekarang juga—DAMN!!
“…Sayonara, Pangeran Lucas!!” seru Rick mengecungkan
senjata itu setinggi mungkin sebelum ia menyerang Lucas yang tidak berdaya
It’s never enough…
No matter how many
miles in between us…
This is ‘love’…
“Ngh…” Lorrie perlahan membuka matanya—Ia masih
belum mati, mungkin Rick tidak tega untuk membunuhnya sehingga ia
meninggalkannya begitu saja, perlahan Lorrie mencoba berdiri dan perlahan
berjalan dengan pelan melihat sekitarnya—semuanya sudah hancur, Puri tempat
tinggalnya begitu juga dengan pengawal dan maid yang mengurus Puri ini.
Tiba-tiba langkahnya terhenti mendapati apa yang ada
di depannya, Rick kini yang sudah bersiap untuk menyerang Lucas yang saat ini
terkapar tidak berdaya di atas tanah dengan luka di lengannya yang masih
mengeluarkan darah—Ini tidak bisa dibiarkan!
“…Sayonara, Pangeran Lucas!!” seru Rick mengecungkan
senjata itu setinggi mungkin sebelum ia menyerang Lucas yang tidak berdaya
“HENTIKAN!!!” seru Lorrie sekuat tenaga dan dengan
kekuatan yang masih tersisa ia melesat dengan cepat sebelum Rick mampu membunuh
Lucas dengan senjata berbahaya di tangannya itu—menggunakkan tubuhnya sendiri
sebagai pelindung ketika senjata itu bukannya mengenai Lucas tetapi mengenai
dirinya sendiri.
“Lorrie—Kenapa kau bisa…” ucap Rick tidak percaya
dengan apa yang ada di depannya
Tubuhnya yang sudah melemah ditambah dengan luka
yang disebabkan senjata itu yang mengenai bagian dalam perutnya, perlahan
Lorrie mulai terjatuh dan sebelum tubuhnya mengenai tanah, sebuah tangan
menopangnya dan membawanya kedalam sebuah kehangatan yang ia kenal selama ini…
Rick yang kini terpaku terdiam akhirnya mulai
tersadar kembali setelah mendenag beberapa derap kaki yang mendekati tempat
ini—Bau yang juga menandakan bahwa mereka adalah pasukan dari Ketua Dewan yang
diutus langsung menuju kemari, Ia tidak mau sampai tertangkap dan akhirnya
melarikan diri secepatn mungkin.
Merasa luka di tangannya sudah dapat di netralisir
oleh system immune di tubuhnya, Lucas tidak mempedulikan Rick yang sudah
melarikan diri karena ketakutan karena pandangannya kini berpusat kepada Lorrie
yang saat ini sedang berada di dalam kondisi yang kritis.
“…Idiot, Kenapa kau sampai sejauh ini melakukan hal
bodoh seperti ini…” ucap Lucas “Seharusnya kau membiarkan aku mati…”
Meskipun tahu keadaannya saat ini, Lorrie masih bisa
tersenyum “Bukankah… Aku…S-Sudah berjanji kepadamu… L-Lucas..” sahutnya lirih
“Kau ingat waktu kita… mengucapkan… sumpah di Altar… Aku bersumpah.. A-Akan
selalu mendampingimu… selamanya…”
Lucas tidak percaya dengan apa yang ia dengar—Ia
bahkan tidak mengingat apa sumpahnya dulu kepada Lorrie di Altar itu tetapi
gadis ini—Ia menepati semua perkataannya di dalam sumpah yang pernah ia ucapkan
di Altar itu “Lorrie—Kau…”
“Aku… Selalu Mencintaimu, Lucas… A-aku
bersungguh-sungguh mengatakannya… Se-lama ini aku men—coba agar… kau mau mengakuiku…
mempercayaiku… dan—“ ucapannya terhenti karena rasa sakit kini sudah menjalar
ke seluruh system tubuhnya membuatnya terbatuk-batuk
“… Bertahanlah, Aku akan segera menetralisir—!”
ucapan Lucas terhenti karena jemari Lorrie kini berada bibirnya mencegahnya
untuk menlanjutkan kalimatnya
“Sssh—Itu tidak perlu…” ucap Lorrie “ Lucas—Aku
ingin bertanya satu hal kepadamu… Apakah kau mencintaiku…?”
Lucas tanpa disadari—Ia menarik tubuh Lorrie
mendekat dengannya dan memeluknya dengan erat,entah kenapa—Ia merasa tidak
begitu rela untuk gadis ini meninggalkannya,
Ia yang selalu berpikir bahwa sisi lemah itu hanya akan membuat
seseorang menjadi tidak berdaya karenanya kini memutuskan untuk menjawab
pertanyaan terakhir gadis itu dengan apa yang dipikirkannya saat itu…
“Kau—Gadis ter-Bodoh dan Idiot dari semuanya…”
ucapnya memulai kemudian “…Tapi meskipun begitu… Aku… sangat… mencintaimu…”
lanjutnya tidak menyadari setitik air mata menetes keluar dari matanya
Lorrie tersenyum “Lucas… Apa… Kau menangis?” tanyanya
pelan
Lucas sama sekali tidak menjawab pertanyaan
Lorrie—Ia hanya menggelengkan kepalanya sambil berusaha menahan air matanya
yang entah kenapa ingin keluar tanpa ia sadari itu. Lorrie membalas pelukan
hangat Lucas.
“Terima Kasih… Terima Kasih sudah mencintaiku—Lucas…”
ucapnya pelan sebelum genggaman tangannya mulai terlepas dan kehangatan
tubuhnya kini menghilang dari sisinya dengan matanya yang kini terpejam tetapi
meninggalkan wajahnya diukiri oleh senyuman kebahagiaan—kebahagiaan karena ia
akhirnya dapat mendengar ucapan yang selama ini selalu ia tunggu.
Pasukkan para Dewan yang kini sudah sampai di lokasi
tujuan hanya bisa menundukkan kepala mengetahui bahwa mereka sudah terlambat
melihat di depan mereka sosok Lucas yang saat ini masih memeluk tubuh dingin
Lorrie yang sudah tidak berdaya—Elrick hanya bisa menundukkan kepalanya turut
merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Kakaknya sebelum kemudian.
“Berpencar—Penghianat itu mungkin belum bisa pergi
jauh dari sini… Aku mau kalian berpencar dan mencari jejaknya dan melaporkannya
padaku segera!” perintah Elrick
“B-Baik!” jawab seluruh pasukkan sebelum kemudian
mereka berpencar menjari jejak yang ditinggalkan oleh Rick meninggalkan Elrick
bersama dengan Lucas yang masih terdiam saja di tempatnya.
Perlahan, Elrick mulai mendekati sosok Kakaknya itu
“Kak…” ucapnya memanggilnya
“Siapkan Acara pemakaman untuk Lorrie-Istriku
Elrick…” ucap Lucas yang kini membuka mulutnya “…Dan pastikan, kau mendapat
informasi tentang penghianat itu secepatnya…” lanjutnya kemudian perlahan
berdiri dan melangkah pergi meninggalkan adiknya—Elrick untuk mengurus sisanya
“Baik… Kakak…” jawab Elrick saat itu juga—Apapun
yang terjadi ia harus bisa mendapatkan informasi penghianat itu segera, karena
ia tidak mau harus mengecewakan Kakaknya.
Litte: Yey!! DONE~ Oh, ya~ perkenalkan dua ORIGINAL
CHARACTER Perdana Litte yang satu ini~
Lucas: *ekspresi datar* Hn
Lorrie: *senyum* Yoroshiiiku~
Litte: KAWAII LORRIE~ U lebih manis dan baik hati
disbanding OC ane yang satu lagi *meluk-meluk Lorrie*
Lucas: *ngelempar Litte* Jangan.Sentuh!
Litte: *miris* Oh,ya w lupa kalo ada si Lucas juga
disini… btw, bagaimana dengan pendapat minna tentang kisah ini? Abal kah? Apa
bumbu sedihnya udah berasa?? Hehehe please review and Thanks for reading~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar